Obligasi dinilai lebih menarik bagi emiten



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang melandai di tahun ini membuat beberapa emiten tertarik memburu pendanaan yang lebih murah. Di antaranya dengan mengajukan pinjaman bank maupun obligasi.

PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) dan PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) misalnya. Kedua emiten ini mencari kredit bank untuk membayar kembali utangnya.

VIVA baru saja menandatangani senior facility agreement dan junior facility agreement senilai US$ 251,97 juta. Kedua fasilitas kredit ini memiliki bunga rata-rata sebesar 12% per tahun. SSIA juga berniat melunasi utang obligasi sebesar Rp 550 miliar dengan pinjaman baru dari perbankan.


Suku bunga acuan 7-day reverse repo rate yang ditahan di 4,25%, diharapkan membuat bunga pinjaman melandai. Analis Danareksa Sekuritas Lucky Bayu Purnomo menilai, emiten dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk mengurangi beban bunga yang harus mereka tanggung.

"Emiten bisa membayar utang sebanyak-banyaknya selagi bunga sedang rendah, jadi beban keuangan berkurang," papar Lucky kepada KONTAN, akhir pekan lalu.

Namun, Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido menilai, meski suku bunga acuan sudah diturunkan pada tahun ini, banyak bank yang belum melakukan penyesuaian suku bunga pinjamannya, terutama untuk kredit korporasi.

Karena itulah, pasar obligasi dinilai masih akan lebih diminati. "Saat ini bunga pinjaman bank masih berkisar 11%–12%. Angka ini masih lebih tinggi dari rata-rata kupon obligasi 8%–9%," terang Kevin.

Bukan cuma itu, adanya potensi keberhasilan reformasi pajak di Amerika Serikat bisa membuat The Fed menaikkan suku bunga acuannya tahun depan. Akibatnya, ada kemungkinan BI ikut menaikkan suku bunga, sehingga bunga pinjaman bank kembali naik di 2018 mendatang.

Lucky juga menilai, pendanaan obligasi masih lebih menarik daripada pinjaman bank. Pasalnya, perubahan bunga obligasi dipandang lebih stabil dibanding pinjaman bank. Tapi tak bisa dipungkiri, proses penjaringan dana dari kredit bank lebih mudah ketimbang menerbitkan obligasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati