Obligasi emerging market dinilai masih memiliki valuasi menarik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Obligasi emerging market (EM) high yield (HY) dinilai masih memiliki valuasi yang menarik di tengah kondisi saat ini.

Senior Investment Startegist OBCB Bank Vasu Menon mengatakan, sikap The Fed di simposium Jackson Hole berhasil memberikan ketenangan bagi para pelaku pasar bahwa tapering yang akan terjadi tidak akan terlalu mengejutkan pasar.

Hal tersebut, menurut Vasu, akan berdampak positif terhadap aset berisiko, sehingga OCBC mempertahankan posisi overweight terhadap obligasi EM HY yang masih memiliki valuasi yang menarik.


Namun, ia cenderung berhati-hati terhadap obligasi developed market (DM) dan EM investment grade (IG), yang secara historis lebih mahal dan memiliki risiko lebih tinggi. OCBC menilai netral terhadap obligasi developed market high yield.

Baca Juga: Hasil lelang SUN menurun setelah The Fed mengumumkan tapering off

Dalam pandangan Vasu, penyebaran varian delta tidak mempengaruhi obligasi emerging market. Seperti di bulan Agustus saat jumlah kasus varian delta meningkat, dan membebani pertumbuhan ekonomi AS. Namun, hal tersebut menurutnya membuat berinvestasi terhadap pasar obligasi semakin menarik.

“Pertumbuhan ekonomi yang tertekan akibat varian Delta menurunkan risiko kenaikan inflasi, sehingga menjaga imbal hasil obligasi AS 10 tahun di kisaran 1.25%. Terlebih lagi, musim laporan keuangan kuartal kedua dari negara berkembang (EM) mayoritas positif dan berada diatas konsensus,” kata Vasu dalam outlook yang diterima Kontan.co.id, Rabu (29/9).

Namun, Vanu mengamati masih ada beberapa risiko, terutama dari mudahnya virus tersebut bermutasi. Hal ini ditambah dengan perkembangan ekonomi China dan segala perubahan kebijakan pemerintah yang dapat mempengaruhi kinerja pasar modal.

Vanu juga menambahkan, walaupun pandangannya terhadap obligasi high yield overweight, tetapi masih diperlukan pemilihan obligasi lebih selektif untuk sisa tahun 2021, karena volatilitas yang masih akan tinggi.

Selanjutnya: Isu debt ceiling pemerintah AS bikin Sri Mulyani was-was

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat