JAKARTA. Obligasi berdenominasi dollar Amerika Serikat (AS) korporasi akan membanjiri pasar obligasi tahun ini. Obligasi global korporasi diperkirakan akan menawarkan kupon lebih tinggi. Head of Fixed Income BCA Sekuritas, Herdi Ranu Wibowo memperkirakan, kupon obligasi global akan naik 25-75 basis poin ketimbang tahun lalu. Kata Herdi, tekanan inflasi sepanjang tahun ini menjadi salah satu faktor dari dalam negeri yang mendorong kenaikan kupon. Tekanan inflasi mempertinggi tingkat risiko Indonesia. Kenaikan risiko juga tercermin dari credit default swap (CDS) sebagai acuan risiko berinvestasi. CDS obligasi Pemerintah Indonesia lima tahun naik menjadi 140,3 pada 20 Maret dibanding posisi terendah 15 Maret pada 129. "Premi risiko obligasi global mengalami kenaikan sehingga kupon menjadi lebih tinggi," kata Herdi kepada KONTAN, Rabu (20/3).
Namun, angka CDS ini masih lebih rendah dibanding setahun lalu 156,99. Angka CDS beberapa negara Asia memang naik sejak awal pekan ini karena muncul kekhawatiran berlanjutnya krisis utang Eropa. Akibat kekhawatiran tersebut, imbal hasil surat utang AS (US Treasury) turun karena investor memburu instrumen yang dianggap sebagai safe haven ini. Imbal hasil US Treasury bertenor lima tahun turun dari 0,86% bulan lalu menjadi 0,78% kemarin. Imbal hasil obligasi global RI bertenor lima tahun seri RI0018 di angka 2,62%. Herdi memperkirakan, obligasi global yang akan diterbitkan oleh emiten Indonesia akan terserap pasar. Ia menduga, instrumen dengan tenor lebih pendek sekitar lima tahun hingga 10 tahun akan lebih terserap dibandingkan dengan tenor panjang.
Rencana Emisi Global Bond Korporasi | |
Perusahaan | Nilai(US$ juta) |
Bank Rakyat Indonesia | 500-1.000 |
Alam Sutera Realty | 200-250 |
Pertamina | 2.500 |
Star Energy | 350 |
Tower Bersama Infrastructure | 500 |
Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo) | 750 |
Total | 4.800-5.350 |
sumber: Riset KONTAN |