KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi likuiditas ketat di perbankan belum berakhir. Jalan alternatif seperti menerbitkan surat utang menjadi salah satu pilihan, terlebih bunga acuan sudah mulai turun. Hal tersebut mulai tercermin dari nilai obligasi dari sektor perbankan yang kian besar secara berkala. Data Pefindo mencatat obligasi dari bank per Oktober 2024 mencapai Rp 3,91 triliun. Nilainya menjadi yang paling tinggi di tahun ini. Pada Juni 2024, penerbitan obligasi perbankan paling tinggi tercatat sebesar Rp 3,2 triliun dan pada Juli tercatat sebesar Rp 2,9 triliun.
“Secara bertahap mulai kembali, terutama dalam beberapa bulan terakhir, namun masih lebih rendah dari 2023,” ujar Analis Pefindo Danan Dito, Selasa (12/11).
Baca Juga: SRBI Menarik Dengan Yield Tinggi, Tapi... Dito bilang bank-bank mulai menerbitkan obligasi seiring dengan pertumbuhan kredit. Terlebih, dalam menjaga
asset liability mismatch, dengan tujuan agar likuiditas lebih seimbang. Mengingat, likuiditas untuk kredit dibutuhkan yang memiliki tenor panjang. “Tenor obligasi yang panjang (3 dan 5 tahun) bisa membantu menurunkan
mismatch tersebut,” ujarnya. Hingga 31 Oktober 2024, pefindo mencatat sudah menerima mandat untuk menerbitkan dari sektor perbankan senilai Rp 2 triliun. Obligasi tersebut akan berasal dari satu bank. Sejalan dengan data tersebut, Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldy mengungkapkan di kuartal akhir 2024 ini, pihaknya akan menerbitkan obligasi. Adapun, obligasi yang diterbitkan adalah obligasi yang berorientasi berkelanjutan dengan nilai Rp 1 triliun untuk kemudian disalurkan pada kegiatan yang berorientasi pada ESG. “Saat ini masih berproses dan akan selesai di bulan November ini ,” ujar Yuddy.
Baca Juga: Perbankan Masih Ragu-Ragu Mencari Sumber Pendanaan Baru Bank BJB menjadi salah satu bank yang rajin menerbitkan obligasi tahun ini. Sebeluumnya, di pertengahan tahun 2024 ini, bank daerah asal Jawa Barat ini sudah menerbitkan obligasi subordinasi senilai Rp 1,44 triliun. Ia bilang adanya penerbitan obligasi selain untuk menjaga kecukupan likuiditas, namun dikarenakan adanya obligasi yang jatuh tempo. Ditambah, penerbitan ini juga untuk menjaga rasio likuiditas seperti NSFR sekaligus juga rasio permodalan. Lebih lanjut, Yuddy mengungkapkan tahun depan pihaknya berencana akan menerbitkan kembali obligasi yang bersifat PUB atau Penawaran Umum Berkelanjutan. Penawaran itu bisa dilakukan sepanjang dua tahun kedepan. “Nilai dan waktunya kami akan melihat kondisi pasar dan likuiditas di tahun 2025,” ujarnya. Sementara itu, Direktur Distribution and Institutional Funding BTN Jasmin bilang tahun ini belum ada rencana untuk menerbitkan obligasi. Sebab, ia melihat likuiditas masih cukup untuk mendukung ekspansi kredit. Lain cerita dengan tahun depan, Jasmin bilang akan berencana menerbitkan obligasi dengan kemungkinan nilai sekitar Rp 2 triliun. Tak hanya itu, pihaknya juga berencana menerbitkan sekitar US$ 300 juta.
“Kalau bunganya murah mungkin bisa lebih dari itu,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Putri Werdiningsih