Obligasi Korporasi Jatuh Tempo Besar, Emisi Baru Bisa Rp 90 Triliun di di Semester II



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memproyeksikan penerbitan surat utang korporasi mencapai Rp 90 triliun di semester II 2024. Penyokong utama emisi surat utang korporasi ini adalah surat utang jatuh tempo yang mencapai Rp 85,01 triliun di semester kedua ini.

Kepala Divisi Riset Pefindo Suhindarto mengatakan, penerbitan obligasi korporasi di Indonesia sangat dipengaruhi oleh nilai jatuh tempo. Sehingga penerbitan surat utang korporasi masih tetap ramai kendati yield SUN acuan 10 tahun masih tinggi.

Darto menyebutkan, nilai jatuh tempo obligasi korporasi di kuartal III 2024 sebesar Rp 42,5 triliun, lalu di kuartal IV senilai Rp 42,51 triliun. "Secara total untuk semester II 2024 ada Rp 85,01 triliun, ini lebih tinggi dibandingkan dengan semester I 2024 sebesar Rp 65 triliun," terangnya.


Pefindo mencatat nilai jatuh tempo obligasi korporasi mencapai Rp 150,5 triliun sepanjang 2024. Sektor multifinance mendominasi dengan nilai Rp 26,3 triliun, diikuti sektor perbankan sebesar Rp 24,7 triliun.

Lalu, nilai jatuh tempo dari sektor telekomunikasi senilai Rp 15,6 triliun. Kemudian sektor lembaga keuangan khusus Rp 14,4 triliun, dan pembiayaan non-multifinance senilai Rp 12,1 triliun.

Berikutnya, nilai jatuh tempo dari sektor pulp and paper senilai Rp 8,5 triliun, diikuti sektor pertambangan Rp 8,3 triliun, sektor konstruksi Rp 5,4 triliun, sektor properti Rp 4,5 triliun, sektor perkebunan Rp 4,4 triliun, dan sektor lainnya senilai Rp 26,4 triliun.

Baca Juga: Emiten Ramai Menjaring Dana dari Obligasi, Cermati Rekomendasi Saham Berikut Ini

Penerbitan naik 33% di semester I

Direktur Utama Pefindo Irmawati Amran mengatakan, penerbitan baru EBUS sebesar Rp 60,1 triliun sepanjang semester I 2024. Penerbitan dilakukan dari sebanyak 34 emiten.

Adapun penerbitan obligasi korporasi secara nasional di semester I 2024 tercatat sebesar Rp 61,29 triliun, baik dari BUMN maupun non-BUMN. Capaian itu naik 33,29% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 45,99 triliun.

Penerbitan didominasi sektor lembaga pembiayaan sebesar 39%, diikuti oleh sektor perbankan 9%, dan sektor pertambangan 7%. "Tujuan penggunaan, utamanya untuk modal kerja sebesar 63%," kata Irmawati, Selasa (9/7).

Berdasarkan sektornya, sektor multifinance menjadi sektor dengan penerbitan obligasi yang terbesar senilai Rp 13,24 triliun, disusul sektor pulp dan kertas sebesar Rp 12,74 triliun. Kemudian, sektor lembaga keuangan khusus berkontribusi sebesar Rp 7,68 triliun, lalu perusahaan induk sebesar Rp 6,93 triliun, dan perbankan Rp 5,7 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati