Obligasi korporasi layak untuk diburu



JAKARTA. Risiko inflasi tinggi di paruh kedua 2013 membuat investor meminta keuntungan tinggi, termasuk dalam penerbitan obligasi korporasi. Gejala ini tampak dari besaran kupon sejumlah obligasi korporasi yang terbit di pertengahan tahun ini.Contohnya PT MNC Capital Indonesia Tbk. MNC Capital menawarkan obligasi berkelanjutan tahap I 2013 senilai Rp 300 miliar dengan kupon sebesar 12% per tahun. Kupon ini di batas atas indikasi kupon yang ditawarkan sebelumnya sebesar 11%–12% per tahun.Begitu pula dengan PT Permodalan Nasional Mandiri (PNM) yang menawarkan kupon antara 8,25%–9,25% untuk obligasi II PNM Tahun 2013 sebesar Rp 1 triliun. Surat utang berdurasi lima tahun ini akhirnya berselimut kupon 9,20% per tahun.

Tiga analis yang diwawancarai KONTAN, Desmon Silitonga (analis obligasi Milenium Danatama Asset Management), Ariawan (analis obligasi Sucorinvest Central Gani), dan Hans Kwee (Direktur Emco Asset Management) sepakat, obligasi korporasi masih layak untuk diburu. Sebab, kupon yang akan ditawarkan tentu akan lebih tinggi. Selain itu, korporasi juga masih akan memilih menerbitkan bond sebagai sumber pembiayaan, mengingat fluktuasi pasar saham masih cukup besar."Saya pikir masih layak. Karena volatilitas di obligasi korporasi tidak se-fluktuatif SUN. Dan yield corporate bond sekarang sudah menarik. Jadi untuk investasi jangka panjang, obligasi korporasi masih menarik," ujar Ariawan beberapa waktu lalu.Ariawan menjelaskan, untuk investor dengan horizon investasi jangka panjang, obligasi korporasi sektor konstruksi dan properti masih cukup prospektif untuk dikoleksi. Tapi, untuk investor dengan horizon investasi jangka pendek yang memerlukan likuiditas bagus, obligasi sektor finansial seperti perbankan dan multifinance, layak untuk diburu."Obligasi korporasi masih menarik terutama obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan BUMN," kata Ariawan.Sementara, Desmon menilai, obligasi korporasi masih didominasi oleh sektor keuangan seperti perbankan dan multifinace. Meskipun saat ini sektor lain sudah mulai bangkit, seperti properti dan barang konsumen. Namun secara ukuran (size), obligasi korporasi masih didominasi oleh sektor keuangan dan masih cukup diminati oleh investor.Hans Kwee mengungkapkan, dengan kondisi yield bond naik tinggi, merupakan waktu yang tepat bagi investor membeli bond dan reksadana pendapatan tetap."Saya akan lebih fokus pada yield untuk bond, karena rata-rata yang menerbitkan adalah sektor keuangan. Saya akan mencari obligasi korporasi yang menawarkan yield tinggi, agar tidak terkena dampak besar atas fluktuasi suku bunga," ujar Hans.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie