Obligasi korporasi mulai bersaing di kupon



JAKARTA. Obligasi korporasi bertenor pendek dan menengah meramaikan pasar obligasi di awal tahun ini. PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN), misalnya, telah menetapkan besaran kupon untuk penerbitan obligasi berkelanjutan I tahap III sebesar 7,65%-8,25%. Bank ini menargetkan penyerapan dana sebesar Rp 750 miliar.

Obligasi milik BTPN ini akan terbit dalam dua seri, yakni seri A bertenor tiga tahun dengan tawaran kupon 7,65%. Obligasi yang akan jatuh tempo pada 5 Maret 2016 ini akan terbit senilai Rp 350 miliar.

Seri kedua, yakni seri B akan terbit senilai Rp 400 miliar. Seri ini bertenor lima tahun dan akan jatuh tempo 5 Maret 2018 dengan penawaran kupon 8,25%. Masa penawaran instrumen utang ini mulai 26-28 Februari 2013. Masa penjatahan pada 1 Maret dan pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 6 Maret.


Penjamin pelaksana emisi obligasi BTPN ini adalah PT Indo Premier Securities dan PT Danareksa Sekuritas. BTPN telah meraih peringkat AA- dari Fitch Ratings untuk surat utang ini.

Sekadar informasi, penerbitan obligasi ini merupakan bagian dari obligasi berkelanjutan I BTPN dengan total target Rp 2,5 triliun. Sebelumnya, BTPN telah menerbitkan obligasi berkelanjutan tahap I pada 28 Juni 2011 silam sebesar Rp 500 miliar. Sedangkan, penerbitan tahap II telah dilakukan pada 3 Agustus 2012 sebesar Rp 1,25 triliun.

Arief Harris, Direktur Keuangan BTPN mengatakan, sejauh ini total permintaan yang masuk mencapai Rp 1,5 triliun. Angka tersebut melebihi target perusahaan yang hanya sekitar Rp 750 miliar. "Dana yang diperoleh dari hasil penawaran umum obligasi akan digunakan untuk pertumbuhan usaha dalam bentuk ekspansi kredit," kata Arief, Selasa (19/2).

Analis obligasi NC Securities, I Made adi Saputra menilai, kupon yang ditawarkan BTPN relatif rendah dibandingkan perusahaan keuangan lain, semisal obligasi PT Adira Dinamika Multi Finance. Obligasi Adira bertenor tiga tahun memberikan kupon 7,85% dan tenor lima tahun dengan kupon 8,90%. Padahal peringkat obligasi Adira ini adalah AA+.

Karena BTPN telah memiliki basis investor yang cukup baik, ia yakin, investor tetap akan membeli obligasi tersebut. "Tapi, obligasi ini kurang menarik di pasar sekunder karena kalah apabila dibandingkan dengan instrumen lain yang menawarkan kupon lebih tinggi," kata Made.

Investor akan selektif

Selain BTPN, perusahaan keuangan lain yang menerbitkan obligasi yakni PT Bank OCBC NISP Tbk dan PT BFI Finance Indonesia Tbk. Keduanya mencatatkan obligasi di BEI pada Selasa (19/2).    

OCBC NISP menawarkan tiga seri obligasi berkelanjutan I tahap I 2013 senilai total Rp 3 triliun. Seri A bertenor satu tahun dengan kupon 6,40% senilai Rp 973 miliar. Seri B bertenor dua tahun dengan kupon 6,90% diterbitkan senilai Rp 529 miliar, dan seri C bertenor tiga tahun dengan kupon 7,40% senilai Rp 1,49 triliun.  Instrumen utang ini mendapatkan peringkat AAA dari Pefindo dan AAA dari Fitch Ratings Indonesia.     

PT BFI Finance juga akan merilis obligasi berkelanjutan I tahap II 2013 senilai Rp 625 miliar. BFI akan menerbitkan obligasi dalam tiga seri. Seri A bertenor satu tahun dengan tenor 7,50% senilai Rp 100 miliar. Seri B bertenor dua tahun dengan kupon 8,50% senilai Rp 370 miliar. Dan seri C bertenor tiga tahun dengan kupon 9% senilai Rp 155 miliar.

Obligasi BFI ini mendapatkan peringkat A dari Fitch Ratings. Sedangkan bertindak sebagai wali amanat dalam emisi obligasi ini adalah PT Bank Mega Tbk.     

Herdi Ranu Wibowo, analisis obligasi BCA Sekuritas menduga, penerbitan obligasi korporasi tahun ini bisa mencapai Rp 60 triliun hingga Rp 70 triliun. Penerbitan obligasi  tahun ini akan didominasi oleh sektorkeuangan.

Kondisi tersebut akan mengakibatkan investor lebih selektif memilih obligasi.  "Kemungkinan obligasi di luar sektor multifinance akan menjadi rebutan investor," imbuh Herdi.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini