KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hasil investasi industri asuransi jiwa menunjukkan perbaikan hingga Agustus 2019 lalu meski turun tipis ketimbang bulan Juli. Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sampai Agustus 2019, hasil investasi asuransi jiwa tembus Rp 11,9 triliun. Angka ini turun 22,22% dari hasil investasi per Juli yang mencapai Rp 15,3 triliun. Meski turun, hasil investasi industri asuransi jiwa hingga Agustus 2019 ini jauh lebih baik daripada Agustus 2018 yang masih minus Rp 2,34%. Pada akhir Agustus tahun ini, total investasi industri asuransi jiwa mencapai Rp 474,18 triliun, naik 35,28% secara tahunan. Berikut adalah porsi investasi industri asuransi jiwa per Agustus 2019:
Instrumen investasi | Porsi |
Reksadana | 35,50% |
Saham | 29,80% |
SBN | 14,97% |
Deposito | 7,53% |
Obligasi Korporasi & MTN | 6,45% |
Penyertaan Langsung | 1,63% |
Efek Beragun Aset | 0,04% |
Dana Investasi Real Estate | 0,01% |
Lainnya | 4,07% |
Total Investasi | Rp 474,18 triliun |
Asuransi jiwa Allianz Life Indonesia melihat perbaikan yang terjadi di Agustus 2019 ini disebabkan oleh kondisi pasar finansial yang membaik. “Perbaikan ini karena kondisi yang lebih kondusif di 2019 seperti dari global sedikit titik terang dari isu perang dagang Amerika dan China, penurunan suku bunga Amerika dan dalam negeri, proses pemilu yang aman dan terkendali hingga pelantikan mampu menggerakkan pasar ke arah yang positif,” kata Ni Made Daryanti,
Chief Investment Officer Allianz Life kepada Kontan.co.id. Made meyakini, Allianz Life mencatatkan pertumbuhan yang melebihi tolok ukur dan menargetkan kondisi akan stabil hingga akhir tahun. Dia mengatakan, porsi investasi di Allianz Life didominasi oleh obligasi dan deposito. Hanwha Life Insurance mencatatkan hasil investasi yang positif hingga Agustus ini sebesar 7%. Sementara penempatan investasi perusahaan asuransi asal Korea Selatan ini lebih banyak pada surat berharga negara (SBN) dengan porsi sekitar 70% dan sisanya pada instrumen investasi lain. “Strategi penempatan investasi kami ini lebih banyak kepada investasi long term seperti
government bond. Karena jika kami ke saham sangat berisiko, kami tidak ingin menempatkan
customer kami kepada ketidakpastian,” kata David Yeom, CEO Hanwha Life Insurance Indonesia. David menambahkan, dengan menanamkan investasi pada surat berharga, dia berharap hasil investasi akan lebih stabil walaupun kondisi bunga yang naik turun. Sampai dengan akhir tahun Hanwha Life Insurance menargetkan akan membukukan pertumbuhan hasil investasi di atas 7%. Kecenderungan penempatan investasi pada instrumen obligasi juga dilakukan oleh PT BNI Life Insurance, dengan komposisi 80% hingga 90% investasi ada pada obligasi dan reksadana beraset obligasi. Menurut
General Manager Treasury & Investment BNI Life, Hariadi Tjahjono, hal ini karena perlambatan ekonomi dan penurunan suku bunga sehingga banyak investor beralih ke obligasi, khususnya obligasi jangka panjang. BNI Life mencatat pertumbuhan positif sampai dengan periode September 2019. Posisi investasi
non-unitlink naik 112% atau Rp 655 miliar dan
unitlink naik 204% atau Rp 343 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Hariadi menjelaskan, BNI Life memasang strategi investasi dengan memberikan porsi investasi lebih banyak pada obligasi, membatasi investasi pada saham dan dibarengi dengan beberapa pengelolaan. “Kami melakukan
monitoring atas pergerakan portofolio investasi secara berkala, seperti pemilihan portofolio selalu dilakukan secara selektif, untuk obligasi minimal rating A. Kami juga membuat kebijakan untuk penarikan portofolio yang tidak memiliki imbal hasil yang baik agar BNI Life memiliki portofolio yang sehat,” kata Hariadi. BNI Life menargetkan hasil investasi bisa mencapai Rp 800 miliar di akhir tahun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati