Obligasi menjadi pilihan korporat ketimbang IPO



JAKARTA. Perlambatan ekonomi global ternyata juga berpengaruh pada laju penerbitan obligasi di Indonesia. Head of Corporate and Investment Citi Indonesia Kurnardy Lie menghitung emisi obligasi tahun ini masih lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.

“Bisa jadi, perusahaan yang biasanya menerbitkan surat utang untuk belanja modal menunda rencana tersebut karena perlambatan permintaan produksi. Mereka yang menerbitkan obligasi saat seperti ini biasanya bertujuan untuk refinancing,” jelas Kurnardy, Selasa (2/10).

Selain penerbitan obligasi, perlambatan ekonomi global juga menyurutkan minat perusahaan untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). “Belum ada perusahaan besar yang melantai. Dugaannya mereka memilih wait and see karena peminatnya sepi,” ujarnya.


Jika pun investor mau mengeksekusi sebuah saham baru, harus menggunakan harga diskon. Oleh sebab itulah banyak yang memilih fix income sebagai investasi alternatif.

Ketimbang masuk ke bursa saham yang fluktuatif, “Bagi korporasi, sekarang adalah saat yang tepat untuk menerbitkan obligasi dollar,” ujar Kurnardy. Alasannya, dengan permintaan yang tinggi namun ketersediaan terbatas, beban biaya penerbitan bisa jauh lebih murah.

Tahun ini, Citi menangani dua obligasi berdenominasi dollar perusahaan berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Salah satunya adalah obligasi Pertamina. Sayang Kurnardy enggan membeberkan nama satu perusahaan lagi. Yang pasti nilai obligasinya mencapai US$ 1 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: