KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Surat berharga pemerintah masih menjadi pilihan utama perbankan dalam menempatkan dananya. Lea Kusumawijaya, Direktur Keuangan PT Bank Permata Tbk mengatakan, mayoritas penempatan dana bank di surat berharga pada instrumen obligasi pemerintah.

"Ini untuk tujuan manajemen likuiditas, sehingga jumlah penempatan sesuai dengan posisi likuiditas bank," kata Lea kepada Kontan.co.id, Kamis (5/4).

Senada, Direktur Utama Bank OCBC NISP Parwati Surjaudaja bilang, penempatan dana di surat berharga bank saat ini mayoritas pada surat berhaga negara (SBN) yang diterbitkan Kementerian Keuangan.

KKI 2025 Fasilitasi Business Matching UMKM Rp 224 Miliar

"Selain surat berharga yang diterbitkan pemerintah, bank juga banyak menempatkan dana di instrumen BI dalam bentuk sertifikat deposito BI," kata Parwati kepada kontan.co.id, Kamis (5/4).

Menurut catatan OCBC NISP, selama kuartal 1 2018, penempatan dana dalam bentuk surat berharga cukup tinggi yaitu 19% dari total aset. Bank menyalurkan kelebihan dana sambil menunggu pertumbuhan kredit.

Haryono Tjahjarijadi, Presiden Direktur Bank Mayapada menyebut, sebagian besar penempatan surat berharga pada instrumen sertifikat Bank Indonesia atau SBI. "Realisasi penempatan dana di surat berharga masih sesuai dengan rencana bisnis," katanya, Kamis (5/4).

Pasalnya, saat ini, posisi rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) Bank Mayapada masih di posisi 86%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News