JAKARTA. Penawaran obligasi berkelanjutan I Bank OCBC NISP sebesar Rp 3 triliun mengalami kelebihan permintaan atau oversubscribe senilai Rp 1 triliun. Presiden Direktur Bank OCBC NISP Parwati Surjaudaja mengatakan, kelebihan penawaran ini menguntungkan karena di tengah kondisi pasar dan ketatnya persaingan justru penerbitan obligasi perseroan mengalami oversubscribe. "Obligasi ini mendapatkan sambutan yang sangat positif dari para investor maupun nasabah," klaim Parwati. Sayangnya, oversubcribe yang besar ini tidak dimanfaatkan oleh perseroan untuk memperbesar nilai obligasinya. Pasalnya, perseroan akan menerbitkan surat utang hingga Rp 6 triliun dalam kurun waktu hingga dua tahun mendatang. Untuk tahap awal OCBC NISP menerbitkan surat utang sebesar Rp 3 triliun terdiri dari seri A Rp 973 miliar jangka waktu 370 hari dengan bunga 6,4%, seri B Rp 529 miliar 2 tahun dengan bunga 6,9% dan seri C Rp 1,498 triliun jangka waktu 3 tahun bunga 7,40%. "Dana yang diperoleh dari Penawaran Umum Obligasi Berkelanjutan I Tahap I Tahun 2013 ini, setelah dikurangi dengan biaya-biaya emisi, seluruhnya akan digunakan Perseroan untuk pertumbuhan usaha dalam bentuk penyaluran kredit," kata Parwati, Senin (11/4). Adapun obligasi berkelanjutan rata-rata berjangka waktu dua tahun sampai tiga tahun. Nah, jangka waktunya lebih panjang ini akan digunakan untuk menyalurkan kredit yang juga berjangka waktu panjang, misalnya kredit pemilikan rumah (KPR). Masa penawaran umum obligasi OCBC NISP akan berlangsung pada 13-14 bulan ini. Kemudian, penjatahan pada tanggal 15 dan pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu pada 20 Februari. Sebelumnya, Direktur Keuangan OCBC NISP Hartati menambahkan, selain obligasi perseroan juga akan meraup sumber dana dari dana pihak ketiga (DPK). Pada tahun 2013, perseroan membidik pertumbuhan DPK sekitar 20% - 30%, sedangkan kredit juga ditargetkan tumbuh pada kisaran yang sama. Kredit diarahkan pada sektor usaha pengolahan, perdagangan, dan jasa. Segmen kredit masih ditujukan terhadap usaha eceran dan usaha kecil menengah. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Obligasi OCBC kelebihan permintaan Rp 1 triliun
JAKARTA. Penawaran obligasi berkelanjutan I Bank OCBC NISP sebesar Rp 3 triliun mengalami kelebihan permintaan atau oversubscribe senilai Rp 1 triliun. Presiden Direktur Bank OCBC NISP Parwati Surjaudaja mengatakan, kelebihan penawaran ini menguntungkan karena di tengah kondisi pasar dan ketatnya persaingan justru penerbitan obligasi perseroan mengalami oversubscribe. "Obligasi ini mendapatkan sambutan yang sangat positif dari para investor maupun nasabah," klaim Parwati. Sayangnya, oversubcribe yang besar ini tidak dimanfaatkan oleh perseroan untuk memperbesar nilai obligasinya. Pasalnya, perseroan akan menerbitkan surat utang hingga Rp 6 triliun dalam kurun waktu hingga dua tahun mendatang. Untuk tahap awal OCBC NISP menerbitkan surat utang sebesar Rp 3 triliun terdiri dari seri A Rp 973 miliar jangka waktu 370 hari dengan bunga 6,4%, seri B Rp 529 miliar 2 tahun dengan bunga 6,9% dan seri C Rp 1,498 triliun jangka waktu 3 tahun bunga 7,40%. "Dana yang diperoleh dari Penawaran Umum Obligasi Berkelanjutan I Tahap I Tahun 2013 ini, setelah dikurangi dengan biaya-biaya emisi, seluruhnya akan digunakan Perseroan untuk pertumbuhan usaha dalam bentuk penyaluran kredit," kata Parwati, Senin (11/4). Adapun obligasi berkelanjutan rata-rata berjangka waktu dua tahun sampai tiga tahun. Nah, jangka waktunya lebih panjang ini akan digunakan untuk menyalurkan kredit yang juga berjangka waktu panjang, misalnya kredit pemilikan rumah (KPR). Masa penawaran umum obligasi OCBC NISP akan berlangsung pada 13-14 bulan ini. Kemudian, penjatahan pada tanggal 15 dan pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu pada 20 Februari. Sebelumnya, Direktur Keuangan OCBC NISP Hartati menambahkan, selain obligasi perseroan juga akan meraup sumber dana dari dana pihak ketiga (DPK). Pada tahun 2013, perseroan membidik pertumbuhan DPK sekitar 20% - 30%, sedangkan kredit juga ditargetkan tumbuh pada kisaran yang sama. Kredit diarahkan pada sektor usaha pengolahan, perdagangan, dan jasa. Segmen kredit masih ditujukan terhadap usaha eceran dan usaha kecil menengah. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News