JAKARTA. Pada sisa semester I-2015, investor bakal kedatangan emisi obligasi korporasi baru berjumlah besar. Investor bakal diuntungkan, karena emiten bersaing memperebutkan dana dengan memberikan kupon tinggi. Direktur Danareksa Sekuritas Iman Hilmansah mengatakan, pihaknya tengah menangani emisi obligasi korporasi senilai Rp 10 triliun yang siap terbit pada sisa semester I ini. Dari jumlah tersebut, terdapat dua emisi sukuk. Sayang, Iman enggan memerinci lebih lanjut berapa jumlah emiten dan sektornya. "Jumlah emiten keseluruhan lebih dari lima, tapi kurang dari sepuluh," ungkap Iman, Rabu (15/6).
Menurut pemberitaan KONTAN akhir Maret lalu, perusahan pelat merah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) berencana menerbitkan obligasi Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) tahap I senilai Rp 6 triliun pada Mei mendatang. Danareksa Sekuritas menjadi salah satu penjamin emisi bagi penerbitan surat utang tersebut. Selain TLKM, analis obligasi Millenium Danatama Indonesia Desmon Silitonga memprediksikan, sisa Rp 4 triliun emisi tadi berasal dari emiten sektor pembiayaan (multifinance). "Secara historis penerbitan obligasi sektor ini selalu yang terbesar," papar Desmon. Data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) memperlihatkan, per 17 April 2015 hingga akhir semester I nanti, akan ada Rp 10,02 triliun emisi obligasi korporasi yang jatuh tempo. Sebagian emiten yang emisinya jatuh tempo pada kurun waktu tersebut, sudah menawarkan obligasi baru pada Maret silam guna refinancing. Dua di antaranya juga berasal dari sektor multifinance yakni BCA Finance dan BFI Finance. Selain sektor multifinance, emiten sektor konstruksi juga berpeluang menerbitkan obligasi. "Emiten konstruksi butuh modal kerja, yang dapat diraih dari penerbitan obligasi," tambah Desmon.
Global Markets Financial Analyst Managet Bank Internasional Indonesia Anup Kumar juga memprediksi, sektor multifinance tetap berperan pada penerbitan obligasi korporasi baru ini. Menurutnya kinerja emiten sektor ini sangat bergantung pada sumber pendanaan obligasi sebagai modal kerja. Wajar jika Kumar melihat ada potensi emiten menawarkan tingkat kupon yang lebih tinggi. "Ini berlaku jika emiten sektor sama, menerbitkan obligasi dengan waktu berdekatan," ujarnya. Menurutnya, dengan nilai jatuh tempo cukup besar, berarti ada likuiditas tambahan buat investor. Emiten mencoba memanfaatkan faktor likuiditas ini dengan menerbitkan obligasi. Likuiditas itu akan lari ke emisi yang mampu menawarkan kupon lebih tinggi, tentu dengan peringkat utang yang juga relatif aman. "Perbedaan tingkat kupon bisa berkisar antara 10 hingga 20 basis poin lebih tinggi untuk memenangkan dana investor," prediksi Kumar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie