JAKARTA. Pendanaan pasar modal lewat instrumen obligasi kian diminati oleh pelaku pasar. Pada kuartal pertama tahun ini, ada 11 perusahaan yang mencari dana lewat penerbitan obligasi.Setidaknya bakal ada 12 seri obligasi yang diterbitkan para perusahaan tersebut. "Penerbitan obligasi ada Rp 22 triliun," kata Samsul Hidayat, Direktur Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (3/4).Angka penerbitan obligasi kuartal satu 2017 ini lebih tinggi ketimbang tahun lalu. Di kuartal I-2016, ada delapan emiten yang menerbitkan obligasi senilai Rp 13,67 triliun dan satu emiten menerbitkan sukuk Rp 100 miliar.
Saat ini ada sekitar Rp 40 triliun obligasi dari 22 emiten yang masuk dalam pipeline penerbitan obligasi BEI. Di kuartal dua tahun lalu, ada 16 emiten yang menerbitkan Rp 27,68 triliun obligasi dan Rp 700 miliar sukuk. BEI menargetkan paling tidak akan ada 50 perusahaan yang menerbitkan obligasi tahun ini. Total tahun lalu, ada lebih dari 50 perusahaan yang menawarkan obligasi. Samsul menambahkan, biasanya penerbitan obligasi akan ramai di kuartal pertama dan akan kembali ramai usai laporan keuangan Juni mendatang. Agustini Hamid, Kepala Riset Infinitum Advisory, menyatakan, bahwa tepat atau tidaknya langkah emiten menerbitkan obligasi sangat tergantung pada suku bunga saat ini. Dia melihat, BI 7-day reverse repo rate yang menjadi acuan saat ini tak terlalu stabil apabila dibandingkan dengan suku bunga acuan lama. Tapi, imbal hasil surat utang negara (SUN) acuan bertenor lima tahun cenderung turun. Yield SUN seri FR0061 kemarin berada di angka 6,75%, turun ketimbang posisi di akhir 2016, yakni sebesar 7,48%. Agustini menilai, investor institusi seperti dana pensiun dan manajer investasi juga masih rajin berburu obligasi. Obligasi merupakan instrumen yang menarik bagi investor yang cenderung konservatif. "Kalau ke investasi saham, yang diuntungkan cuma return. Kemudian dengan kondisi AS menaikkan suku bunga secara agresif, alternatif investasi ke obligasi menjadi dipertimbangkan," kata Agustini kepada KONTAN, Senin (3/4).