Obligasi Rp 7,6 triliun segera masuk pasar



JAKARTA. Menjelang tutup tahun, korporasi kian getol menerbitkan obligasi. Setidaknya surat utang senilai Rp 7,6 triliun siap meramaikan pasar pada kuartal IV ini.

Indikasinya, Direktur Pemeringkatan PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Vonny Widjaja mengatakan, per November ini, sudah menerima mandat pemeringkatan obligasi korporasi senilai Rp 7,6 triliun. "Itu belum listing," katanya, Selasa (24/11).

Penerbitan obligasi menggunakan laporan keuangan Juni 2015. Mayoritas yang akan merilis obligasi dari sektor pembiayaan, yaitu Rp 2,5 triliun. Lalu, perbankan sekitar Rp 1,6 triliun, sektor properti Rp 1,3 triliun, telekomunikasi Rp 900 miliar, perkebunan Rp 700 miliar dan lainnya senilai Rp 600 miliar.


Beberapa perusahaan sudah merilis rencana penerbitan obligasi. Seperti, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) yang akan menerbitkan Rp 3 triliun. Dari perbankan, PT Bank Pembangunan (BPD) Jawa Tengah juga menyatakan rencana penerbitan obligasi subordinasi senilai Rp 500 miliar.

Kemudian, perusahaan pembiayaan PT Bima Multi Finance akan menawarkan obligasi berkelanjutan sejumlah Rp 300 miliar. Vice President Investment Quant Kapital Investama Hans Kwee menilai, membanjirnya penerbitan obligasi pada kuartal IV, lantaran banyak yang menunda penerbitan di kuartal sebelumnya.

Sebab, saat itu ekonomi melambat dan rupiah keok. "Emiten menerbitkan obligasi seiring ekspektasi perbaikan ekonomi di akhir tahun," ujarnya. Selain itu, membaiknya kondisi ekonomi mendorong perusahaan melakukan ekspansi pada akhir tahun ini dan tahun depan.

Sehingga, perusahaan membutuhkan pendanaan setelah tertunda di awal tahun ini. Hans memperkirakan, kupon obligasi korporasi yang ditawarkan saat ini relatif stabil. Namun, ada kemungkinan fluktuatif pada pertengahan Desember mendatang.

Ekonom Lana Soelistianingsih menyebut, emiten merealisasikan penerbitan surat utang dengan memanfaatkan kondisi sebelum kenaikan suku bunga bank sentral AS Menurut Lana, kupon obligasi korporasi berpeluang naik 25 basis poin dibandingkan kisaran kupon pada kuartal I-2015 sebagai respon terhadap kenaikan bunga The Fed.

"Sehingga emiten memanfaatkan kondisi saat ini mumpung suku bunga belum naik tinggi," ujarnya. Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) mencatat, total obligasi korporasi jatuh tempo di sisa tahun ini mencapai Rp 9,32 triliun.

Menurut Direktur Utama IBPA Ignatius Girindroheru, selain untuk refinancing obligasi jatuh tempo, korporasi juga terdorong merilis surat utang, karena yield surat utang negara (SUN) cenderung turun. Yield SUN jadi acuan penetapan kupon obligasi korporasi.

"Dengan turunnya tingkat yield, risiko penerbitan obligasi korporasi juga akan turun," kata Ignatius.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie