Obligasi subordinasi BNII bisa memberi kupon 9,5% - 10,5%



JAKARTA. PT Bank International Indonesia Tbk (BNII) merealisasikan rencana penerbitan obligasi subordinasi (subdebt). Mengutip prospektus singkat BNII, obligasi yang ditawarkan senilai Rp 600 miliar dengan jangka waktu tujuh tahun.

Masa penawaran subdebt berlangsung selama 10 Mei hingga 12 Mei 2011. Tanggal penjatahan obligasi subordinasi adalah 13 Mei 2011. Tanggal pencatatan obligasi berlangsung pada 18 Mei 2011.

BNII akan menggunakan dana hasil penerbitan subdebt untuk meningkatkan penyaluran kredit. Pengelola BNII berniat menggenjot penyaluran kredit segmen usaha kecil menengah atau small medium enterprises (SME), kredit komersial (commercial) dan kredit konsumer.


BNII menunjuk PT Indopremier Securities, PT Bahana Securities dan PT Mandiri Sekuritas sebagai penjamin emisi obligasi. Sedang yang bertindak sebagai wali amanat obligasi subordinasi ini adalah Bank Mandiri.

Nilai penerbitan obligasi yang dicantumkan dalam prospektus lebih rendah daripada target awal perolehan dana yang diungkap pengelola BNII, Rp 1 triliun. Meski demikian, I Made Adi Saputra Analis NC Securities menilai obligasi subdebt BNII akan laris.

Alasan Made, investor akan nyaman dengan peringkat yang dimiliki BNII, yaitu idAA dari Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), dan idAA dari Fitch Ratings. Made memperkirakan, dengan rating dan tenor obligasi subordinasi tersebut, BNII bisa memberikan kupon sekitar 9,5% - 10,5% per tahun.

Kinerja BNII sampai dengan akhir tahun 2010 masih menunjukkan pertumbuhan jika dibandingkan tahun sebelumnya. BNII meraih pendapatan bunga bersih Rp 3,62 triliun sepanjang 2010. Angka itu lebih tinggi 17,51% daripada hasil di tahun sebelumnya, yaitu Rp 3,09 triliun.

Peningkatan pendapatan bunga bersih ini merupakan buah dari peningkatan kinerja aktiva produktif, terutama aset kredit. Tak heran BNII menikmati pertumbuhan pendapatan bunga kredit yang tinggi sepanjang 2010, hingga 73% daripada pendapatan bunga di 2009.

Pendapatan operasional BNII pun meningkat dari senilai Rp 1,57 triliun di tahun 2009 menjadi Rp 1,94 triliun untuk 2010. Dengan pendapatan yang tumbuh tinggi, BNII pun mampu menikmati laba bersih selama 2010 senilai Rp 460,99 miliar.

Bandingkan dengan hasil tahun 2009, yang rugi bersih Rp 40,97 miliar. Pengelola BNII menyatakan hasil yang memuaskan di 2010 merupakan bukti perbaikan kinerja di semua lini bisnisnya.

Namun rasio kecukupan modal CAR BNII tergerus. CAR per akhir 2010 hanya 12,65%, turun dari 14,71% di akhir tahun 2009. Di periode serupa, rasio kredit macet (NPL) naik dari 2,39% menjadi 3,15%, sedang rasio penyaluran kredit terhadap deposito (LDR) naik menjadi 83,18% dari 78,11%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini