OCBC NISP: Laju KPR sampai April masih melambat



JAKARTA. Bank Indonesia (BI) dalam Survei Harga Properti Residensial mencatat pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada triwulan pertama sebesar 0,12% secara kuartalan (qtq) atau mencapai Rp 317,8 triliun. Angka itu lebih rendah dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang tercatat 2,56%.

Perlambatan tersebut dipicu oleh melambatnya pertumbuhan penjualan properti residensial. Perlambatan pertumbuhan penjualan properti residensial tercermin dari menurunnya angka pertumbuhan penyaluran kredit perbankan pada sektor properti.

Presiden Direktur OCBC NISP, Parwati Surjaudaja mengakui, tren pertumbuhan penyaluran KPR hingga memasuki awal kuartal II atau bulan April, masih belum positif. Ia memperkirakan, pertumbuhan penyaluran KPR di NISP sepanjang triwulan II-2015 akan sama seperti triwulan I-2015.


"Kelihatannya kemungkinan akan flat di kuartal II ini. Walaupun kami masih tetap upayakan agar bisa tumbuh positif," kata Parwati kepada KONTAN, Minggu (17/5).

Untuk memacu pertumbuhan KPR, OCBC NISP memang memiliki program bunga tetap dan juga jangka waktu cicilan KPR yang panjang. Hal ini dilakukan perseroan untuk lebih bisa memenuhi kebutuhan KPR masyarakat. Selain itu, proses pengajuan KPR yang efisien.

OCBC NISP belum melirik opsi penurunan suku bunga KPR untuk memacu pertumbuhan KPR. Parwati bilang, pengkajian pelonggaran loan to value (LTV) yang tengah dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga dirasa dapat membantu meningkatkan pertumbuhan KPR sepanjang sisa waktu tahun 2015 ini.

Meski begitu, imbuh Parwati, yang terpenting untuk bisa memacu pertumbuhan penyaluran KPR adalah percepatan pertumbuhan ekonomi di sepanjang sisa tahun 2015. "Terutama pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat. Sehingga bukan hanya KPR saja yang bisa tumbuh, tapi sekaligus juga kredit produktif pun tumbuh," ucap Parwati.

Catatan saja, Survei Harga Properti Residensial yang dilakukan Bank Indonesia (BI) menunjukkan penjualan properti residensial tumbuh melambat. Melalui survei yang dilakukan di 16 kota pada kuartal pertama 2015 tercatat, indeks harga properti berada  di level 184,25, atau tumbuh 1,44% secara kuartalan atau tumbuh 6,27% secara tahunan (yoy).

Angka itu masih lebih rendah jika dibandingkan pertumbuhan pada kuartal empat 2014 yang tumbuh 1,54% secara kuartalan atau 6,29% secara tahunan (yoy). Perlambatan kinerja properti tercermin dari melambatnya pertumbuhan penjualan properti residensial pada triwulan I-2015 menjadi 26,62% secara kuartalan (qtq), dari 40,07% (qtq) pada triwulan sebelumnya.

Perlambatan penjualan terutama terjadi pada rumah tipe menengah. Perkembangan ini sejalan dengan melambatnya pertumbuhan KPR. Penyebab lesunya penjualan properti diantaranya adalah kenaikan harga bangunan (30,99%), upah pekerja (24,13) dan kenaikan harga bahan bakar minyak (23,67%).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto