OECD Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023 Melambat



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat pada tahun 2023. 

Dalam laporan OECD Economic Outlook, Interim Report edisi Maret 2023, lembaga tersebut memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini tumbuh 4,7% secara tahunan atau year on year (yoy). 

Ini lebih rendah dari capaian pertumbuhan ekonomi pada tahun 2022 yang sebesar 5,31% yoy. 

Baca Juga: Perry Warjiyo Beberkan Potensi Pertumbuhan Ekonomi di Kepemimpinan 5 Tahun ke Depan

Namun, bila dibandingkan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi dalam laporan edisi November 2022 lalu, tak ada yang berubah dari angka perkiraan pertumbuhan ekonomi ini. 

Lembaga tersebut mengakui, masih ada ketidakpastian global yang akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara-negara di Asia, termasuk Indonesia. 

Kabar baiknya, negara berkembang di kawasan Asia ini nampaknya tak akan terlalu terdampak dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi global karena bergulirnya ekonomi China. 

Selain itu, OECD memperkirakan inflasi Indonesia pada sekitar tahun 2023 hingga 2024 akan melandai. 

Namun, inflasi tak langsung terjun menjadi lemah. Level inflasi pada tahun 2023 akan berada di level moderat. 

Baca Juga: Tahun 2023 Dinilai Penuh Tantangan, Begini Strategi yang Dipasang BNI

Selain prospek positif pertumbuhan ekonomi Indonesia dan negara sebaya, OECD tetap melihat tantangan yang membayang pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. 

Pertama, ketegangan geopolitik yang masih belum tahu kapan akan berakhir. Konsekuensi ketegangan politik ini akan tetap menyebabkan risiko pangan dan energi. 

Kedua, skala dan durasi dari pengetatan kebijakan moneter untuk menjangkar kenaikan inflasi. 

Baca Juga: Xendit dan Kemenparekraf Luncurkan Indonesia Venture Capital Database 2023

Ketiga, suku bunga yang lebih tinggi akan memengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi dan bisa menyebabkan masalah keuangan. 

Keempat, banyak negara berkembang akan menghadapi kesusahan akibat membengkaknya utang serta defisit seiring kenaikan suku bunga acuan global. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli