OJK Bakal Rilis Proyek Karbon Baru pada 23 Oktober 2023



KONTAN.CO.ID - BADUNG. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan segera merilis proyek karbon baru pada tanggal 23 Oktober 2023.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi mengatakan, akan ada satu perusahaan yang akan mendaftarkan proyek pengurangan emisi karbonnya dalam Bursa Karbon (IDXCarbon). 

Produk itu akan berbentuk produk Sertifikat Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca (SPE-GRK). Inarno tidak menyebutkan lebih lanjut apa perusahaan yang dimaksud. Tetapi, perusahaan tersebut berasal dari sektor energi dan merupakan perusahaan pembangkit listrik tenaga gas dan uap.


“Tanggal 23 Oktober kita akan launch satu lagi project bursa karbon PLTU di sekitar Jakarta. Mereka menggunakan energi terbarukan yang tadinya coal jadi gas," ujarnya Press Conference ASEAN Capital Markets Forum (ACMF) 2023 di Badung, Bali, Selasa (17/10).

Baca Juga: OJK: Bursa Karbon Bakal Layani Transaksi Internasional

Berdasarkan ASEAN Taxonomy for Sustainable Finance version 2 (ATSF-v2), klasifikasi-warna perusahaan ini terhitung dalam kategori amber. Artinya, perusahaan ini memiliki aktivitas untuk mendorong transisi ekonomi yang berkelanjutan, meskipun masih memiliki praktik usaha yang merugikan lingkungan.

"(Perusahaan) ini bukan red (merah), dan green (hijau), tetapi amber," papar Inarno.

Sebagai catatan bahwa klasifikasi warna ini merupakan technical screening criteria (TSC) bagi perusahaan-perusahaan Indonesia, yang fokus pertamanya adalah untuk sektor energi.

Baca Juga: ASEAN Taxonomy Version 2 Kembali Dibahas di ACMF 2023

Inarno juga menyatakan, ASEAN Capital Markets Forum (ACMF) 2023 kembali membahas isu transisi dari ASEAN Taxonomy Version 2. Di bawah kepemimpinan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), ACMF 2023 digelar di Badung, Bali, 16-17 Oktober 2023.

Isu yang dibahas adalah dalam transisi ekonomi menjadi hijau, ada kategori amber (kuning) dan hijau pada suatu kegiatan tertentu. Dalam proses transisi hijau, bisnis yang cukup eksploitatif, seperti batubara, dinilai tidak bisa langsung dihentikan. 

“Tidak berarti juga semua coal project harus langsung dihentikan. Tetapi kita memberikan ada satu posisi baru, yaitu amber,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati