KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rasio kredit macet tinggi tengah membayangi industri perbankan digital. Mayoritas laporan keuangan bank digital sepanjang 2023 kompak mencatatkan kenaikan kredit macet atawa
non performing loan (NPL). Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae pun bilang NPL pada bank-bank dengan layanan digital pun secara umum masih dalam batas yang wajar dan cenderung membaik. Ia pun menyoroti salah satu yang perlu diperhatikan bank-bank digital ini adalah terkait kredit dengan skema
channeling. Dian menyebutkan skema kemitraan yang dilakukan perbankan dengan
fintech lending melalui skema
channeling, dampak risiko umumnya berasal dari internal dan faktor eksternal. Dari sisi internal, ia bilang diperlukan penguatan untuk terus mempertajam kapabilitas
credit scoring yang dimiliki.
Baca Juga: OJK Ingatkan Bank Tak Asal Pilih Fintech Lending Dalam Skema Kredit Channeling Sementara dari sisi eksternal, dampak perekonomian global yang masih
volatile dan fenomena
higher for longer (tingkat suku bunga tinggi yang berlangsung lebih lama) memiliki implikasi signifikan terhadap penurunan nilai aset keuangan. Ini menyebabkan ketidakpastian ekonomi yang tinggi, yang semuanya dapat menyebabkan penurunan nilai aset keuangan. “Kondisi ini menuntut perbankan yang bermitra dengan perusahaan
fintech untuk mempertimbangkan kebijakan manajemen risiko yang lebih ketat dan inovasi dalam teknologi untuk meningkatkan keamanan dan efisiensi operasional,” ujar Dian, belum lama ini. Dari laporan keuangan bank digital yang sudah rilis, PT Bank Raya Indonesia Tbk (
AGRO) menjadi salah satu bank dengan tingkat NPL gross tertinggi. Bank digital milik BRI Grup ini memiliki NPL sebesar 4,4% atau naik 150 basis poin. Kenaikan tersebut sejalan dengan menurunnya nilai pencadangan sebanyak 73,14% menjadi Rp 156,4 miliar. Memang, bank ini sedang melakukan efisien dalam hal pencadangan dengan mengoptimalkan penagihan dan penyelesaian untuk kredit yang sudah jatuh tempo.
Baca Juga: Menghitung Cuan Perbankan dari Dividen Anak Usaha Multifinance Alhasil, pencadangan yang turun tersebut membuat NPL meningkat. Meski demikian, Direktur Utama Bank Raya Ida Bagus Ketut pun menilai kualitas aset Bank Raya masih terjaga. Bagus bilang efisiensi tersebut telah membuat rasio BOPO yang membaik sepanjang 2023. Pada akhirnya, itu mampu mendukung laba Bank Raya naik 112,47% menjadi Rp 24,35 miliar, saat pendapatan bunga bersih mereka turun 26,2%. ”Dengan kondisi likuiditas dan permodalan yang memadai, serta bisnis digital yang semakin sehat dan berkualitas, perseroan masih memiliki ruang untuk bertumbuh lebih baik di 2024,” ujar Bagus.
Baca Juga: Jadwal Guyuran Dividen Sejumlah Emiten Usai Libur Lebaran Selanjutnya ada PT Bank Neo Commerce Tbk (
BBYB) yang juga memiliki NPL gross cukup tinggi atau berada di level 3,7%. Angka tersebut mengalami kenaikan sekitar 114 basis poin. PT Bank Digital BCA juga ikut mengalami tren kenaikan NPL gross sebanyak 101 basis poin menjadi 1,1%.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Moch Amin Nurdin berpandangan kenaikan NPL sejatinya bisa disebabkan banyak faktor. Namun, bagi bank digital tak menutup kemungkinan karena mudahnya orang mengakses kredit secara digital. ”Bisa karena memang kreditnya mudah, kan itu juga pemberiannya random,” ujar Amin. Dia pun menyarankan bank digital ini perlu mengoptimalkan
end to end process. Dalam hal ini, terkait proses inisiasi kredit, pembinaan, hingga penagihan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati