KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan penyaluran pinjaman
fintech peer to peer lending hingga Februari 2019 tumbuh sangat pesat. Kendati demikian, OJK juga mencatat rasio pinjaman bermasalah atau
non performing loan (NPL) dari 99
fintech lending terdaftar sudah berada di kisaran 3%. Dimana pada Februari 2019 rasio pinjaman macet lebih dari 90 hari sebesar 3,18%. Sedangkan untuk rasio pinjaman kurang lancar dari 30 hari hingga 90 hari di 3,17%. Yohanes Santoso Wibowo, Deputi Komisioner Stabilitas Sistem Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut total
outstanding P2P lending senilai Rp 7,05 triliun. Nilai ini tumbuh 605%
year on year atau yoy dari posisi Februari 2018 senilai Rp 1 triliun. "Itu juga harus diwaspadai karena NPLnya 3,18%, kredit kurang lancar 3,17% kalau dijumlahkan sudah 6,3%. Risiko perusahaan
fintech lebih tinggi dari bank. Ini yang harus diwaspadai," ujar Yohanes di Jakarta Kamis (28/3).
Kendati demikan beberapa pemain P2P
lending mengaku mampu menekan NPL. PT Investree Radhika Jaya misalnya mengaku masih mampu menekan NPL di bawah 0,5%. Co-Founder & CEO Investree Adrian Gunadi menyatakan hingga minggu pertama Maret 2019 pihaknya sudah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 2,1 triliun. Sepanjang 2019, Adrian menargetkan pertumbuhan pembiayaan sebesar Rp 2,5 triliun. "Menurut kita pertumbuhan tahun ini bisa mencapai Rp 2,5 triliun. NPLnya sekarang masih 0,00 sekian persen. NPL nya masih bisa kita jaga. Karena kita mainnya lebih aman, karena menggunakan model
supply chain," jelas Adrian kepada Kontan.co.id beberapa waktu lalu. Ia mengaku dari sisi peminjam atau borrower, Investree menyalurkan 80% ke
supply chain dan sisanya ke pada peminjam ritel ritel. Sedangkan untuk peminjam ritel merupakan pelaku UMKM yang bermitra dengan
e-commerce seperti Bukalapak, Tokopedia, dan Lazada. "Kami selalu selektif dalam menganalisis calon peminjam melalui proses mitigasi risiko dengan seksama," kata Adrian. Salah satu cara untuk meminimalisir risiko tersebut adalah dengan menggunakan analisis, seleksi dan persetujuan berdasarkan sistem
credit scoring. Setelah dana
lender dicairkan kepada
borrower, Investree juga akan melakukan pengawasan untuk memastikan bahwa tidak ada penyalahgunaan terhadap dana yang diberikan,
repayment pun dapat dilaksanakan tepat waktu. Begitupun dengan PT Lunaria Annua Teknologi sebagai pemegang merek perusahaan
peer to peer lending Koinworks menyatakan pada akhir 2018 lalu mencatatkan NPL di posisi 0,44% dengan total pinjaman Rp 700 miliar. "NPL di Februari belum ada pergerakan yang berarti,"ujar
Chief Executive Officer and Co-Founder Koinworks Benedicto Haryono kepada Kontan.co.id. Benedicto menyebut sepanjang 2019 ini pihaknya membidik penyaluran pinjaman senilai Rp 2,2 triliun-Rp 2,3 triliun .
Chief of Marketing Officer Koinworks Jonathan Bryan menyebut tahun ini pihaknya menargetkan dapat menekan NPL di bawah 1%. Agar dapat mencapai target tersebut, Jonathan bilang pihaknya sebelum memberikan pinjaman selalu memberikan penilaian terhadap risiko kredit yang ketat menggunakan teknologi. Tujuannya agar pinjaman yang diberikan tidak lancar atau macet. "Makanya data yang kita ambil berbeda dengan data
collection-nya perbankan. Di kita kan tidak ada agunan, kiat ambil dari transaksi,
growth, dan
busines online mereka," jelas Jonathan.
Koinworks saat ini telah memberikan pinjaman kepada 6.000 peminjam (
borrower) dari 150.000 orang pengguna terdaftar. Benedicto menyebut 50%-60% peminjam kembali melakukan peminjaman di Koinworks. Hal ini dikarenakan 80% peminjam Koinworks belum pernah memindah ke industri keuangan. Selain itu, Koinworks ingin mengeser segmen pemberi pinjaman atau
lender dari ritel ke institusi. Saat ini Koin Koinworks memiliki 120.000 pemberi pinjaman. Namun hanya ada lima institusi yang terdiri dari bank,
multifinance, dan
fund management baik dalam maupun luar negeri. Benedicto ingin sepanjang tahun ini pihaknya memperluas kerjasama dengan institusi. Tujuannya agar secara nominal pemberi dana dari institusi bisa bertambah dari 15% saat ini menjadi 50% dari seluruh pendanaan di penghujung 2019. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi