KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memaparkan sampai dengan bulan pertama tahun 2018 kinerja perbankan masih membaik. Hal ini terutama dari rasio kecukupan modal atau
capital adequacy ratio (CAR) yang terjaga di level 23,64% pada awal Januari 2018. Jumlah tersebut juga tercatat meningkat 43 basis poin (bps) dibandingkan CAR pada Januari 2017. Sementara dari sisi rasio kredit bermasalah alias
non performing loan (NPL) terpantau menurun bila dibandingkan dengan posisi Januari 2017. Per akhir Januari 2018, kondisi NPL berada di level 2,86% atau menurun dari 3,09% di periode yang sama tahun lalu.
Sementara secara net, rasio NPL per Januari terjaga di posisi 1,23% menurun dari periode tahun lalu 1,35%. "Secara umum kondisi perbankan baik untuk tingkat kesehatan dan kinerja masih baik. Permodalan (CAR) dari Januari 2017 ke Januari 2018 juga sudah naik menjadi 23,64%," ujar Kepala Departemen Stabilitas Sistem Keuangan OJK Rendra Idris di Jakarta, Kamis (1/3). Meski begitu, pertumbuhan kredit terlihat menurun bilang dibandingkan dengan posisi awal tahun 2017. Berdasarkan data OJK, kredit di Januari 2018 tumbuh tipis yakni sebesar 7,4% secara
year on year atau naik sebanyak Rp 105,7 triliun dalam setahun terakhir. Persentase kenaikan tersebut, lebih rendah bila dibandingkan dengan posisi kredit bulan Januari 2017 yang sempat tumbuh di posisi 8,24% yoy. Rendra menjelaskan, pertumbuhan kredit tersebut merupakan imbas dari pelunasan kredit yang terjadi pada akhir tahun 2017. Siklus ini dinilai normal pun masih dalam batas normal oleh OJK, pihaknya juga tetap memproyeksi pertumbuhan kredit sampai akhir tahun mampu tumbuh 10% sampai 12%. Selain karena siklus tersebut, menurut Rendra kredit yang tertekan ini juga merupakan imbas dari perlambatan kredit di beberapa sektor. Salah satu sektor yang paling memberi dampak pada melambatnya kredit yakni sektor pertambangan. Catatan OJK mencatat di bulan Januari kredit sektor pertambangan turun cukup dalam yakni minus 21,84% secara yoy. Pun, Iren sapaan akrab Rendra mengungkap ke depan diperkirakan sektor ini akan mulai membaik seiring perbaikan faktor ekonomi secara makro maupun harga komoditas yang meningkat.
"Agak tertekan kredit sektor pertambangan, karena harga terkait pertambangan sedang turun. Pasti, kegiatan berkurang dan kebutuhan pembiayaan turun. Akibatnya kredit yang disalurkan berkurang," tambahnya. Seiring dengan pertumbuhan kredit, dana pihak ketiga (DPK) perbankan juga ikut mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Per Januari 2018 DPK hanya tumbuh Rp 60,4 triliun dalam setahun atau naik 8,36%. Padahal, Januari tahun lalu DPK perbankan tumbuh dua digit sebanyak 10,04% yoy. Di sisi lain, kondisi
loan to deposit ratio (LDR) perbankan tercatat menurun di bulan Januari 2018 menjadi 89,1% setelah di periode tahun 2017 berada di posisi 89,59%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia