JAKARTA. Akhirnya, kredit pertambangan mulai menunjukkan pemulihan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan sampai Juni 2017 pembiayaan terkait dengan pertambangan dan mineral sudah mengalami kenaikan sedikit. Irwan Lubis, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III OJK mengatakan kenaikan permintaan kredit sektor tambang ini disebabkan karena adanya perbaikan pada harga dan permintaan komoditas batubara. “Namun NPL tambang dan mineral masih belum banyak turun dan mengalami perbaikan,” ujar Irwan ketika ditemui di kompeks Mahkamah Agung, Kamis (20/7). Bank Mandiri mengaku sampai semester 1 2017 mencatat permintaan kredit tambang dan mineral sedikit mengalami kenaikan. “Nasabah kita mulai aktif menarik kredit investasi terkait mineral dan tambang,” ujar Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo (Tiko), Rabu (19/7). Hal ini menurut Tiko didorong oleh harga batubara, emas dan tembaga yang mengalami perbaikan. Suprajarto Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI) mengatakan saat ini bank tidak banyak mempunyai kredit terkait pertambangan. “Saat ini permintaan kredit tambang biasa aja, namun jika harga komoditas naik maka permintaan akan menyesuaikan,” ujar Supra ketika ditemui di kompleks MA, Kamis (20/7). Namun Supra mengatakan ada beberapa debitur sektor tambang yang masih menjadi prioritas BRI misalnya adalah PLN. Achmad Baiquni Direktur Utama BNI mengatakan bank saat ini tidak banyak eksposure ke sektor tambang. Jahja Setiaatmadja, Direktur Utama Bank Central Asia (BCA) mengatakan sejak 2011 bank tidak banyak memiliki eksposur ke pertambangan. “Sehingga ketika banyak bank mempunyai NPL besar di sektor itu, kami tidak ada pengaruh,” ujar Jahja Kamis (20/7). Wan Razly Direktur Keuangan CIMB Niaga mengatakan saat ini bank masih hati-hati dalam memberikan kredit ke sektor tambang dan mineral. “Pembiayaan tambang kami tidak terlalu agresif, sehingga jika ada gejolak di tambang kami tidak banyak terkena risiko,” ujar Wan. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
OJK: Kredit pertambangan sudah naik sedikit
JAKARTA. Akhirnya, kredit pertambangan mulai menunjukkan pemulihan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan sampai Juni 2017 pembiayaan terkait dengan pertambangan dan mineral sudah mengalami kenaikan sedikit. Irwan Lubis, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III OJK mengatakan kenaikan permintaan kredit sektor tambang ini disebabkan karena adanya perbaikan pada harga dan permintaan komoditas batubara. “Namun NPL tambang dan mineral masih belum banyak turun dan mengalami perbaikan,” ujar Irwan ketika ditemui di kompeks Mahkamah Agung, Kamis (20/7). Bank Mandiri mengaku sampai semester 1 2017 mencatat permintaan kredit tambang dan mineral sedikit mengalami kenaikan. “Nasabah kita mulai aktif menarik kredit investasi terkait mineral dan tambang,” ujar Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo (Tiko), Rabu (19/7). Hal ini menurut Tiko didorong oleh harga batubara, emas dan tembaga yang mengalami perbaikan. Suprajarto Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI) mengatakan saat ini bank tidak banyak mempunyai kredit terkait pertambangan. “Saat ini permintaan kredit tambang biasa aja, namun jika harga komoditas naik maka permintaan akan menyesuaikan,” ujar Supra ketika ditemui di kompleks MA, Kamis (20/7). Namun Supra mengatakan ada beberapa debitur sektor tambang yang masih menjadi prioritas BRI misalnya adalah PLN. Achmad Baiquni Direktur Utama BNI mengatakan bank saat ini tidak banyak eksposure ke sektor tambang. Jahja Setiaatmadja, Direktur Utama Bank Central Asia (BCA) mengatakan sejak 2011 bank tidak banyak memiliki eksposur ke pertambangan. “Sehingga ketika banyak bank mempunyai NPL besar di sektor itu, kami tidak ada pengaruh,” ujar Jahja Kamis (20/7). Wan Razly Direktur Keuangan CIMB Niaga mengatakan saat ini bank masih hati-hati dalam memberikan kredit ke sektor tambang dan mineral. “Pembiayaan tambang kami tidak terlalu agresif, sehingga jika ada gejolak di tambang kami tidak banyak terkena risiko,” ujar Wan. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News