KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan, piutang pembiayaan oleh Perusahaan Pembiayaan akan tumbuh sekitar 12% pada tahun ini. Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menyampaikan, kinerja multifinance akan lebih baik dibandingkan dengan tahun 2021, seiring dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,2% untuk 2022. Selain itu, gearing ratio multifinance relatif menurun menjadi 1,9 kali pada akhir 2021 atau lebih rendah dari 2,15 kali pada akhir 2020. Nilai itu jauh diambang batas maksimal sebesar 10 kali.
"Piutang pembiayaan masih akan didominasi dari lini bisnis kendaraan bermotor, kendati pertumbuhan juga akan disokong oleh sejumlah lini bisnis lainnya," kata Wimboh, Kamis (20/1). Menurutnya, kendaraan adalah salah satu penopang terbesar dalam pembiayaan di industri multifinance, dan ini akan sejalan dengan roda ekonomi. Kalau ekonomi tumbuh maka pembiayaan juga akan tumbuh.
Baca Juga: Industri Multifinance Kian Gencar Garap Digitalisasi pada 2022 Kepala Eksekutif Pengawas IKNB OJK Riswinandi menambahkan, pertumbuhan piutang pembiayaan akan bergantung pada perekonomian dalam negeri yang terefleksi dari pergerakan aktivitas masyarakat. "Secara tidak langsung pergerakan masyarakat akan mendongkrak daya beli dan minat untuk berbelanja barang, termasuk kendaraan bermotor," ujarnya. Riswandi mengatakan, salah satu indikator pertumbuhan multifinance adalah gearing ratio yang relatif rendah. Selain itu, produksi komoditas batu bara dan perkebunan juga diharapkan konsisten meningkat. Pertumbuhan di sektor komoditas diharapkan dapat berimbas permintaan alat berat. "Setelah kondisi lebih stabil, kemampuan bayar multifinance untuk membayarkan kewajibannya pun akan meningkat. Dengan begitu, bank sebagai sumber pendanaan terbesar multifinance mulai kembali melirik untuk menggelontorkan dananya," ungkap Riswinandi. Sementara itu, risiko kredit Multifinance juga terpantau stabil dengan non performing financing (NPF) di level 3,53% pada 2021 lalu, setelah sebelumnya sempat mencapai level di atas 5% di tahun 2020. Riswinandi bilang, hal ini ditopang oleh kebijakan restrukturisasi pembiayaan yang mencapai Rp 218,95 triliun dari 5,2 juta kontrak pembiayaan yang merupakan 60,1% dari total piutang pembiayaan. "Situasi perekonomian yang kian membaik tentu akan meningkatkan kemampuan bayar debitur multifinance, sehingga pembiayaan bermasalah bisa ikut terkendali," imbuh Riswinandi. Salah satu perusahaan pembiayaan Clipan Finance menyatakan, di tahun 2021 kemarin piutang pembiayaan masih turun di angka Rp 7,1 triliun dibanding 2020. "Hal ini terjadi karena pembiayaan baru baru naik signifikan di Agustus 2021. Kendati demikian, di 2022 ini untuk nilai piutang mulai tumbuh," kata Direktur Utama Clipan Finance Harjanto Tjitohardjojo.
Baca Juga: Sempat di Level 5%, NPF Multifinance Kini Terkendali Sementara itu, untuk realisasi pembiayaan di 2021 mencapai Rp 3,6 triliun meningkat dibandingkan dengan perolehan di 2020 yang sebesar Rp 2,3 triliun. Clipan Finance pun menargetkan pembiayaan hingga akhir tahun bisa mencapai Rp 6 triliun. "Clipan Finance berkontribusi di pembiayaan mobil baru, mobil bekas, dan saat ini terus meningkatkan pembiayaan dana tunai," jelasnya. Sementara itu, PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk alias WOM Finance mengaku, nilai piutang pembiayaan hingga akhir tahun lalu alami peningkatan 2%. "Tren peningkatan sudah terjadi sejak Juli 2021 lalu, dan di tahun ini kami memproyeksikan nilai piutang akan kembali meningkat sekitar 10%," jelas Presiden Direktur WOM Finance Djaja Suryanto Sutandar. Selain itu, untuk realisasi pembiayaan baru WOMF hingga akhir tahu lalu meningkat hingga 70% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Djaja menyebut, produk pembiayaan yang akan berkontribusi kepada industri adalah multiguna produk dan jasa. Presiden Direktur CIMB PT Niaga Auto Finance Tbk (CNAF) Ristiawan Suherman juga menyatakan, nilai piutang yang dikelola hingga periode Desember 2021, yaitu sebesar Rp 4,26 triliun atau meningkat sebesar 45% dibanding periode yang sama di tahun 2020 sebesar Rp 2,93 triliun.
"Di tahun 2022 CNAF Optimis dapat tumbuh dari sisi realisasi kredit double digit diatas 20% dibanding tahun 2021," ucap Ristiawan. Sementara itu, untuk realisasi pembiayaan CNAF ditahun 2021 sebesar Rp 5,67 triliun atau meningkat 51% berbanding tahun 2020 yang tercatat sebesar 3,75 triliun. Ristiawan menyampaikan, produk pembiayaan yang akan berkontribusi kepada industri adalah pembiayaan mobil baru dikarenakan terdapat program stimulus pemerintah yang dikeluarkan tahun 2021 memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap industri multifinance disamping pembiayaan mobil bekas juga pembiayaan dana tunai. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi