KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri Keuangan Non-Bank (IKNB), khususnya asuransi saat ini menghadapi berbagai risiko dan tantangan yang terus berkembang. Tidak hanya faktor eksternal seperti ketidakpastian makroekonomi dan fluktuasi kondisi global, juga oleh faktor internal seperti tata kelola perusahaan yang semakin ketat. Beberapa tahun terakhir, regulasi di sektor ini semakin diperketat. Perusahaan asuransi dwajib memiliki sistem tata kelola yang mampu menjawab tantangan-tantangan terbaru. Budaya organisasi yang etis dan berorientasi pada akuntabilitas juga menjadi kunci dalam membangun kepercayaan publik dan menjaga reputasi industri. Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mirza Adityaswara mengatakan, sejalan perubahan regulasi, pihaknya mengajak industri asuransi untuk melakukan transformasi melalui penguatan permodalan, tata kelola, dan manajemen risiko. Hal ini berangkat dari kondisi industri asuransi Indonesia yang masih relatif rendah dalam hal densitas, penetrasi terhadap produk domestik bruto, hingga literasi dan inklusi.
OJK Mendorong Industri Asuransi Berkontribusi Lebih Besar ke Perekonomian Nasional
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri Keuangan Non-Bank (IKNB), khususnya asuransi saat ini menghadapi berbagai risiko dan tantangan yang terus berkembang. Tidak hanya faktor eksternal seperti ketidakpastian makroekonomi dan fluktuasi kondisi global, juga oleh faktor internal seperti tata kelola perusahaan yang semakin ketat. Beberapa tahun terakhir, regulasi di sektor ini semakin diperketat. Perusahaan asuransi dwajib memiliki sistem tata kelola yang mampu menjawab tantangan-tantangan terbaru. Budaya organisasi yang etis dan berorientasi pada akuntabilitas juga menjadi kunci dalam membangun kepercayaan publik dan menjaga reputasi industri. Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mirza Adityaswara mengatakan, sejalan perubahan regulasi, pihaknya mengajak industri asuransi untuk melakukan transformasi melalui penguatan permodalan, tata kelola, dan manajemen risiko. Hal ini berangkat dari kondisi industri asuransi Indonesia yang masih relatif rendah dalam hal densitas, penetrasi terhadap produk domestik bruto, hingga literasi dan inklusi.