OJK minta 7 bank segera merger sebelum 5 tahun



JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong agar bank-bank milik keluarga yang mengalami penurunan tingkat kesehatan dan good corporate governance (GCG) untuk segera melakukan merger atau mencari investor baru.

Semakin cepat bank yang tingkat kesehatannya di level 3 untuk melakukan konsolidasi, maka akan cepat pula bagi mereka untuk kembali meningkatkan kegiatan usaha dan operasional bank.

"Tahun ini adalah tahun pertama divestasi. Kami harapkan tidak perlu menunggu lima tahun untuk menjalankann divestasi," kata Nelson Tampubolon, Dewan Komisioner OJK Bidang Perbankan, Selasa (10/6).


Nah, regulator menghimbau agar bank-bank yang sedang demam tersebut untuk melakukan konsolidasi dibandingkan mencari investor baru. Sebab mencari investor baru terbilang lebih kompleks salah satunya karena perlu melakukan uji kepatutan dan kelayanan (fit and proper test).

Tiga bank dari tujuh bank, yakni Bank Anglomas Internasional Bank, Bank Artos Indonesia, dan Bank Bisnis Internasional ketika dihubungi belum memberikan respons. Seberapa besar tingkat penurunan GCG yang mereka alami.

"Direksi sedang sibuk," ujar Rina, Sekretaris Perusahaan Bank Anglomas Internasional Bank yang berpusat di Surabaya - Jawa Timur.

Regulator perbankan ini memvonis penurunan kesehatan pada ke-tujuh bank, dengan alasan rendahnya struktur manajemen perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional. Misalnya, salah satu bank memiliki operasional yang tinggi, namun manajemen belum mampu menjalan operasional dengan baik.

"Umumnya, saya lihat Bank BUKU 1 masih lemah di aspek operasional dan governance. Meskipun, rasio keuangan seperti CAR dan NIM masih di atas 5%," jelas Irwan Lubis, Deputi Komisioner Bidang Pengawasan Perbankan OJK.

Selain itu, pengawas juga melihat fungsi governance, apakah bank sudah memiliki dewan komisaris, dewan direksi, komite kebijakan kredit, komite manajamene risiko, komite remunerasi.

Nah, kemudian pengawas memantau kinerja komite tersebut. Ketika diselidiki, komite sudah bekerja dengan standar operasional tersebut (SOP), namun jika dibandingkan dengan realisasi kegiatan operasional ternyata hasil outcome tidak bagus, karena NPL masih tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan