KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memandang di tahun 2021, potensi pertumbuhan sekaligus pemulihan ekonomi menjadi lebih terang. Hal ini menurut Ketua Dewan Komisoner OJK Wimboh Santoso sudah sejalan dengan upaya sekaligus proyeksi pemerintah maupun Lembaga. Bukan cuma itu, Wimboh juga menegaskan, melalui berbagai kebijakan strategis yang akan dilakukan dan didukung dengan sinergi kebijakan antara Pemerintah, Bank Indonesia dan pemangku kepentingan lainnya di tahun 2021 pertumbuhan kinerja sektor jasa keuangan menjadi lebih terang. Antara lain, kredit perbankan diperkirakan tumbuh pada kisaran 7,5 ±1% (yoy), sesuai Rencana Bisnis Bank (RBB). Dana Pihak Ketiga diperkirakan akan tumbuh solid di rentang 11 ± 1% (yoy). Sementara itu, penghimpunan dana di pasar modal tahun 2021 diperkirakan akan meningkat kembali sebagaimana sebelum pandemi yakni dikisaran Rp 150 triliun sampai Rp180 triliun yang didukung akan maraknya penerbitan surat utang sebagai implikasi dari likuiditas global yang masih memadai dan berlanjutnya tren suku bunga rendah.
OJK prediksi kredit perbankan bisa tumbuh di tahun 2021
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memandang di tahun 2021, potensi pertumbuhan sekaligus pemulihan ekonomi menjadi lebih terang. Hal ini menurut Ketua Dewan Komisoner OJK Wimboh Santoso sudah sejalan dengan upaya sekaligus proyeksi pemerintah maupun Lembaga. Bukan cuma itu, Wimboh juga menegaskan, melalui berbagai kebijakan strategis yang akan dilakukan dan didukung dengan sinergi kebijakan antara Pemerintah, Bank Indonesia dan pemangku kepentingan lainnya di tahun 2021 pertumbuhan kinerja sektor jasa keuangan menjadi lebih terang. Antara lain, kredit perbankan diperkirakan tumbuh pada kisaran 7,5 ±1% (yoy), sesuai Rencana Bisnis Bank (RBB). Dana Pihak Ketiga diperkirakan akan tumbuh solid di rentang 11 ± 1% (yoy). Sementara itu, penghimpunan dana di pasar modal tahun 2021 diperkirakan akan meningkat kembali sebagaimana sebelum pandemi yakni dikisaran Rp 150 triliun sampai Rp180 triliun yang didukung akan maraknya penerbitan surat utang sebagai implikasi dari likuiditas global yang masih memadai dan berlanjutnya tren suku bunga rendah.