JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyoroti lesunya kinerja industri pembiayaan atau multifinance sepanjang paruh pertama tahun ini. OJK meminta industri pembiayaan agar tetap waspada. Firdaus Djaelani, Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank OJK menilai, kondisi perekonomian hingga enam bulan pertama belum menggembirakan. Dugaannya, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2015 tetap di angka 4,7%. Hal ini lantaran masih rendahnya belanja pemerintah pada paruh pertama tahun ini. Sementara hingga akhir tahun, pihaknya optimistis pertumbuhan ekonomi dapat dipacu hingga 5% hingga 5,4%. Menurut data OJK, total aset industri perusahaan pembiayaan per Juni 2015 mencapai Rp 429,85 triliun. Angka ini tumbuh 4,14% dari Rp 412,75 triliun pada periode yang sama tahun lalu atau year on year (yoy). Pertumbuhan aset tersebut terlihat dari peningkatan piutang pembiayaan per Juni 2015 menjadi sebesar Rp 369,89 triliun. Angka ini tumbuh 2,48% secara yoy dibandingkan periode sebelumnya sebesar Rp 360,93 triliun. Komponen terbesar dari piutang pembiayaan adalah pembiayaan konsumen, yakni Rp 249,22 triliun. Angka ini memiliki porsi 67,38% dari keseluruhan piutang serta tumbuh 5,14% secara yoy. Komponen terbesar kedua dari piutang pembiayaan yaitu pembiayaan sewa guna usaha per Juni 2015 sebesar Rp 110,9 triliun. Angka ini memiliki porsi 29,98% dari seluruh piutang pembiayaan serta turun 4,01% secara yoy. "Adapun dari sisi profitabilitas per Juni 2015, kinerja industri perusahaan pembiayaan menunjukkan penurunan yang cukup signifikan," ungkap Firdaus, Selasa (4/8). Return on asset (RoA) per Juni 2015 sebesar 2,63% atau turun sekitar 58,46% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 6,34%. Sementara dari sisi kualitas pembiayaan, rasio kredit macet atau non performing financing (NPF) per Juni 2015 sebesar 1,45%. Angka ini naik tipis jika dibandingkan dengan posisi Desember 2014 sebesar 1,41%.
OJK: Profitabilitas multifinance turun signifikan
JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyoroti lesunya kinerja industri pembiayaan atau multifinance sepanjang paruh pertama tahun ini. OJK meminta industri pembiayaan agar tetap waspada. Firdaus Djaelani, Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank OJK menilai, kondisi perekonomian hingga enam bulan pertama belum menggembirakan. Dugaannya, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2015 tetap di angka 4,7%. Hal ini lantaran masih rendahnya belanja pemerintah pada paruh pertama tahun ini. Sementara hingga akhir tahun, pihaknya optimistis pertumbuhan ekonomi dapat dipacu hingga 5% hingga 5,4%. Menurut data OJK, total aset industri perusahaan pembiayaan per Juni 2015 mencapai Rp 429,85 triliun. Angka ini tumbuh 4,14% dari Rp 412,75 triliun pada periode yang sama tahun lalu atau year on year (yoy). Pertumbuhan aset tersebut terlihat dari peningkatan piutang pembiayaan per Juni 2015 menjadi sebesar Rp 369,89 triliun. Angka ini tumbuh 2,48% secara yoy dibandingkan periode sebelumnya sebesar Rp 360,93 triliun. Komponen terbesar dari piutang pembiayaan adalah pembiayaan konsumen, yakni Rp 249,22 triliun. Angka ini memiliki porsi 67,38% dari keseluruhan piutang serta tumbuh 5,14% secara yoy. Komponen terbesar kedua dari piutang pembiayaan yaitu pembiayaan sewa guna usaha per Juni 2015 sebesar Rp 110,9 triliun. Angka ini memiliki porsi 29,98% dari seluruh piutang pembiayaan serta turun 4,01% secara yoy. "Adapun dari sisi profitabilitas per Juni 2015, kinerja industri perusahaan pembiayaan menunjukkan penurunan yang cukup signifikan," ungkap Firdaus, Selasa (4/8). Return on asset (RoA) per Juni 2015 sebesar 2,63% atau turun sekitar 58,46% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 6,34%. Sementara dari sisi kualitas pembiayaan, rasio kredit macet atau non performing financing (NPF) per Juni 2015 sebesar 1,45%. Angka ini naik tipis jika dibandingkan dengan posisi Desember 2014 sebesar 1,41%.