KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) meluncurkan kajian pemanfaatan teknologi di sektor asuransi. Usut punya usut, ini demi meningkatkan penilaian risiko dan pengurangan risiko pemegang polis. Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK Ogi Prastomiyono menjelaskan kajian ini bisa digunakan untuk perluas jangkauan, layanan dan mencegah mis-selling pemasaran produk. Contohnya dengan teknologi big data dan kecerdasan buatan (AI) untuk memastikan produk asuransi yang ditawarkan sesuai dengan profil, preferensi dan kebutuhan pemegang polis.
“Bukan hanya dari sisi pemasaran saja, tetapi juga untuk meningkatkan kualitas layanan purna jual, untuk memberikan kemudahan masyarakat dalam penyelesaian klaim, pembayaran manfaat asuransi, dan penanganan keluhan secara lebih cepat,” ujarnya melalui keterangan resmi, Kamis (14/12).
Baca Juga: ACPI: Pendapatan Premi Penjualan Produk Via Digital Bisa Sampai Rp 100 Juta Menanggapi hal ini, Direktur Utama PT Asuransi Simas Insurtech, Teguh Ariana Djana mengatakan bahwa bagi asuransi umum penilaian risiko atas objek pertanggungan bukan pada pemegang polis. “Kita sedang uji coba menggunakan teknologi AI untuk pelaporan klaim dan juga API
connection untuk penerbitan polis dalam jumlah besar secara
real time,” ujarnya kepada KONTAN, Jumat (15/12). Teguh mengungkapkan bahwa pemanfaatan teknologi di Simas Insurtech umumnya dikembangkan secara mandiri oleh perusahaan. Menurutnya, selama terdapat teknologi yang memberikan manfaat efisiensi atau peningkatan
service level, tentu akan menjadi suatu yang menarik buat dikaji. “Untuk capex (belanja modal) terkait teknologi tidak ada alokasi khusus, kita sesuaikan dengan kebutuhan saja,” pungkasnya.
Chief Marketing Officer Generali Indonesia, Vivin Arbianti Gautama menyambut baik kajian ini. Menurutnya, penilaian risiko dilakukan sejak tahap pengenalan produk melalui para tenaga pemasar, hingga proses
underwriting yang menyeluruh. “Dalam mengidentifikasi dan mengenalkan produk ke nasabah, kami memiliki aplikasi iPropose, di mana calon nasabah bisa konsultasi dengan ribuan agen untuk memilih kebutuhan proteksi, hingga melakukan pembayaran premi pertama secara
online,” terangnya kepada KONTAN. Vivin menuturkan, peningkatan teknologi menjadi fokus perusahaan untuk memberikan efisiensi berasuransi nasabah. Dia bilang, Generali bekerja dengan konsep
high touch dan
high tech.
Baca Juga: Perusahaan Asuransi Umum Catat Kinerja Positif Penjualan Produk Lewat Kanal Digital “Kami memiliki empati dan
human touch yang tinggi kepada nasabah serta memberikan solusi finansial yang sesuai dengan keunikan serta kebutuhan masing-masing nasabah,” tandasnya. Lebih lanjut, Vivin menambahkan, tenaga pemasar dan proses bisnis Generali dilengkapi dengan berbagai inovasi, digitalisasi dan optimasi teknologi untuk memudahkan nasabah mendapat proteksi dan efisiensi proses asuransi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi