OJK Sebut Densitas dan Penetrasi Asuransi Indonesia Termasuk Rendah di ASEAN



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut densitas dan penetrasi asuransi Indonesia masih terbilang rendah dan menjadi salah satu yang terendah di kawasan ASEAN.

Adapun densitas asuransi merupakan ukuran rata-rata pendapatan masyarakat uang disisihkan untuk produk asuransi dalam satu tahun, sedangkan penetrasi asuransi adalah dana industri asuransi yang dibandingkan dengan produk domestik bruto (PDB).

Terkait hal itu, Deputi Komisioner Bidang Pengawasan Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK Iwan Pasila menerangkan densitas dan penetrasi Indonesia bisa dibilang hanya sedikit lebih baik dari Vietnam. Dia menjelaskan berdasarkan data, densitas asuransi Indonesia sebesar Rp 1,61 miliar pada 2022.


"Memang densitas Indonesia salah satu yang terendah di kawasan ASEAN," ucapnya dalam acara Insurance Outlook 2024, Selasa (7/11).

Baca Juga: Industri Asuransi Jiwa Waspadai Kondisi Investasi hingga Akhir Tahun

Iwan merinci densitas Indonesia berada di bawah Singapura yang sebesar Rp 136,31 miliar pada 2022, kemudan Thailand sebesar Rp 5,33 miliar, dan Malaysia sebesar Rp 6,58 miliar. Adapun densitas asuransi Filipina dan Vietnam masih di bawah Indonesia, yaitu masing-masing Rp 1,35 miliar dan Rp 1,22 miliar.

Dilihat secara penetrasi asuransi, Iwan menjelaskan penetrasi Indonesia yang sebesar 2,27% masih di bawah Filipina. Sementara, penetrasi asuransi Singapura sebesar 12,50%, Thailand sebesar 4,60%, Malaysia sebesar 3,80%, Filipina sebesar 2,50%, dan Vietnam sebesar 2,20%.

Berdasarkan data tersebut, Iwan menyampaikan perlu adanya dorongan untuk meningkatkan densitas dan penetrasi asuransi Indonesia yang terbilang masih rendah tersebut.

"Jadi, hal itu menjadi fokus kami untuk mendorong supaya penetrasi dan densitas bisa meningkat," kata Iwan.

Baca Juga: OJK ke AJB Bumiputera: Segera Bayar Klaim Pemegang Polis Rp 262,32 Miliar

Sementara itu, Iwan mengatakan kondisi literasi Indonesia terus menunjukkan perbaikan. Ia menyebut tingkat literasi asuransi pada 2022 itu lebih baik dari capaian 2019. Namun, hal yang perlu disoroti, yaitu rendahnya tingkat inklusi asuransi di Indonesia yang tak sebanding dengan tingkat literasi.

Iwan menyampaikan literasi asuransi Indonesia pada 2022 sekitar 32%, tetapi inklusi cuma 16%. Artinya, kata dia, memang setengah dari orang-orang yang mengaku atau terinformasi tentang pentingnya asuransi itu tidak membeli produk asuransi.

"Jadi, apakah memang dari sisi penyedia jasanya kurang menjangkau mereka atau bisa juga tak mampunya nasabah untuk membeli produk asuransi. Hal itu memang menjadi sesuatu yang harus selalu didorong, supaya inklusi bisa terus meningkat," kata Iwan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat