KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Daya tahan industri perbankan syariah terjaga. Selama pandemi Covid-19, bisnis bank syariah tetap tumbuh baik di saat perbankan secara nasional mengalami kontraksi. Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Slamet Edy Purnomo mengatakan, pertumbuhan pembiayaan bank syariah di tengah pandemi menunjukkan model bisnis syariah masih punya peluang tumbuh ke depan. . Berdasarkan data OJK, pembiayaan bank umum syariah dan unit usaha syariah meningkat 7,69%
year on year (yoy) menjadi Rp 396,8 triliun pada Agustus 2021.
Salah satu daya tahan itu berkat digitalisasi. Tengok saja, Bank Syariah Indonesia (BSI) terus melakukan pengembangan digitalisasi untuk menggarap potensi pasar keuangan syariah yang masih besar. Hingga kuartal III 2021, transaksi di BSI sudah 95% dilakukan secara digital. "Kapabilitas digital yang kami bangun menuju super apps, lalu ykami telah memiliki lisensi open banking API yang akan membantu memperluas sinergi dengan pelaku bisnis lain," kata Direktur Teknologi Informasi BSI Achmad Syafii, Rabu (1/12). Tahun depan, emiten berkode saham BRIS ini meyakini ekspansi pembiayaan akan membaik seiring dengan proyeksi ekonomi yang diperkirakan semakin pulih. Perseroan ini menargetkan pembiayaan tumbuh 9%- 10% yoy. Sebelumnya Direktur Utama BSI, Herry Gunardi mengatakan, BSI akan fokus pada pembiayaan konsumer, ritel dan mikro dengan target kelompok berpendapatan tetap. Pada segmen korporasi dan komersial, BRIS memilih sektor atraktif seperti perkebunan, telekomunikasi, hospital, farmasi dan lain-lain. Hingga akhir tahun, bank ini memprediksi pembiayaan tumbuh 6%-7% yoy. Bank Aladin juga mengambil pendekatan bisnis dengan menggabungkan elemen online dan offline (omnichannel). Dyota Mahotama Marsudi, CEO Bank Aladin Syariah mengatakan, tengah melakukan penjajakan dengan perusahaan yang memiliki ekosistem besar. "Mudah-mudahan tahun depan banyak pengumuman (kolaborasi)," katanya dalam webinar, Rabu (1/12). Saat ini, bank syariah dengan kode saham BANK itu sudah menjalin kolaborasi dengan Alfamart, Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), Facebook dan juga Halodoc. BTPN Syariah juga mulai terjun dengan layanan keuangan berbasis aplikasi (e-banking). Langkah ini diharapkan memberikan kemudahan dan kenyamanan bertransaksi kapan saja, dimana saja. Emiten berkode saham BTPS ini fokus melayani segmen keluarga pra-sejahtera produktif (keuangan inklusif).
Sementara CIMB Niaga Syariah mencatat pembiayaan kuartal III-2021 tumbuh 8,5% yoy. Bank ini menargetkan pembiayaan tumbuh minimal 10% yoy di 2022. "Target rencana bisnis bank (RBB) masih dibicarakan dengan OJK dan di internal belum ketok palu. Namun, dipastikan tumbuh jauh di atas 10%," kata Direktur Syariah Banking CIMB Niaga Pandji P Djajanegara. Analis Pilarmas Investindo Sekuritas, Okie Ardiastama melihat prospek saham bank syariah masih baik. Namun investor masih wait and see BRIS yang akan menggelar rights issue. Terhambatnya pertumbuhan aset karena tertundanya keberangkatan haji jadi sentimen penahan. Sebelumnya analis juga merekomendasikan saham BTPN Syariah. Di tengah pandemi, hingga kuartal III 2021, BTPS imengantongi laba bersih setelah pajak sebesar Rp 1,1 triliun. Dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencetak laba RP 506,54 miliar, laba BTPN Syariah itu melesat lebih dari dua kali lipat. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Ahmad Febrian