KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai stabilitas sistem keuangan terjaga dan kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan membaik, yang berkontribusi terhadap berlanjutnya pemulihan ekonomi nasional di tengah pelemahan ekonomi dan inflasi global yang tinggi, pengetatan kebijakan moneter yang agresif, dan peningkatan tensi geopolitik yang berkepanjangan. Sebagai respons atas peningkatan tekanan inflasi, bank sentral utama di dunia menaikkan suku bunga kebijakan dan berencana mempercepat laju pengetatan kebijakannya meski kebijakan tersebut dapat menyebabkan penurunan laju pertumbuhan ekonomi. Stance kebijakan moneter ini dilakukan oleh mayoritas bank sentral global termasuk Bank Indonesia yang menaikkan BI7DRR sebesar 50 bps. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengatakan, hal ini mendorong kekhawatiran resesi global meningkat, sehingga lembaga internasional seperti Bank Dunia, ADB, dan OECD menurunkan outlook pertumbuhan ekonomi global.
Baca Juga: OJK Minta Lembaga Jasa Keuangan Cermati Eksposur Valas Di tengah revisi ke bawah outlook pertumbuhan global, outlook pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dinaikkan di tahun 2022 seiring dengan masih tingginya harga komoditas dan terkendalinya pandemi. "Indikator perekonomian terkini juga mengkonfirmasi berlanjutnya kinerja positif perekonomian Indonesia, antara lain terlihat dari neraca perdagangan yang melanjutkan surplus, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur di zona ekspansi, dan indeks kepercayaan konsumen yang tetap optimis," kata Mahendra dalam konferensi pers, Senin (3/10). Di sektor perbankan, kredit per Agustus 2022 tumbuh relatif stabil 10,62% secara tahunan, utamanya ditopang oleh kredit jenis modal kerja yang tumbuh sebesar 12,19% secara tahunan. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan, secara bulanan, nominal kredit perbankan naik sebesar Rp 20,13 triliun menjadi Rp 6.179,5 triliun. Sementara itu, laju pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Agustus 2022 tercatat sebesar 7,77% secara tahunan menjadi Rp 7.608 triliun, laju pertumbuhan melambat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 8,59% secara tahunan, yang utamanya didorong perlambatan giro. Di tengah tren turunnya likuiditas sebagai dampak pengetatan kebijakan moneter baik melalui kenaikan GWM maupun kenaikan suku bunga, likuiditas industri perbankan pada Agustus 2022 terpantau masih dalam level yang memadai dengan rasio-rasio likuditas yang terjaga. Rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/DPK (AL/DPK) masing-masing sebesar 118,01 persen dan 26,52%, jauh di atas ambang batas minimum masing-masing sebesar 50% dan 10%. Adapun rasio kredit macet atau non performing loan (NPL) net terjaga di level 0,79% dan NPL gross 2,88%. Kredit restrukturisasi Covid-19 kembali turun sebesar Rp 16,77 triliun menjadi Rp 543,45 triliun, dengan jumlah nasabah juga menurun menjadi 2,88 juta nasabah (Juli ‘22: 2,94 juta nasabah). Dengan perkembangan tersebut, lanjut Dian, nilai kredit restrukturisasi Covid-19 dan jumlah nasabahnya masing-masing telah turun sebesar 34,56% dan 57,90 % dari titik tertingginya. Capital Adequacy Ratio (CAR) industri perbankan pada Agustus 2022 tercatat meningkat menjadi 25,21%. Di sektor IKNB, akumulasi pendapatan premi perusahaan asuransi periode Januari - Agustus 2022 adalah sebesar Rp 205,90 triliun atau naik 2,10% secara tahunan. Permodalan di sektor asuransi terjaga dengan RBC industri asuransi jiwa dan asuransi umum masing-masing sebesar 485,51% dan 310,08% yang berada jauh di atas threshold sebesar 120%. Nilai outstanding piutang pembiayaan pada Agustus 2022 meningkat 8,57% secara tahunan menjadi sebesar Rp 389,54 triliun. Profil risiko Perusahaan Pembiayaan semakin membaik dengan rasio NPF gross pada Agustus 2022 turun menjadi sebesar 2,60% (Agustus 2021 sebesar 3,90%). NPF neto periode Agustus 2022 juga membaik menjadi sebesar 0,70% (Agustus 2021 sebesar 1,43%). Gearing ratio perusahaan pembiayaan pada Agustus 2022 sebesar 1,96 kali atau jauh di bawah batas maksimum 10 kali.
Baca Juga: Yield Obligasi Naik, Permintaan Kredit Korporasi di Perbankan Bakal Meningkat Pada sektor Dana Pensiun, aset per Agustus 2022 tercatat sebesar Rp338,20 triliun atau meningkat sebesar 5,66% secara tahunan. Sementara, investasi tumbuh 5,70% secara tahunan menjadi sebesar Rp 326,96 triliun. Selain itu, fintech peer to peer (P2P) lending pada Agustus 2022 terus mencatatkan pertumbuhan dengan outstanding pembiayaan tumbuh sebesar 80,97% secara tahunan menjadi Rp 47,23 triliun. Tingkat Keberhasilan Bayar 90 hari sejak jatuh tempo (TKB90) sebesar 97,11% (turun 1,14% secara tahunan), sehingga persentase pendanaan macet sebesar 2,89% masih dalam batas yang terkendali di tengah kondisi global yang penuh tantangan.
Perkembangan Pasar Modal Masih relatif solidnya kinerja perekonomian domestik turut menjaga kinerja IHSG relatif lebih baik dibandingkan negara kawasan di tengah koreksi signifikan pasar keuangan global. Hingga 30 September 2022, IHSG terkoreksi 1,92%
month to date ke level 7.040,80 dengan nonresiden mencatatkan inflow sebesar Rp3,055 triliun. Sejak awal tahun hingga saat ini, IHSG tercatat menguat sebesar 6,98% dengan non-residen membukukan net buy sebesar Rp 69,47 triliun. Di Pasar SBN, non-resident mencatatkan outflow sebesar Rp 18,84 triliun
month to date sehingga mendorong rerata yield SBN naik sebesar 30,10 bps mtd di seluruh tenor. Rerata yield SBN telah meningkat sebesar 79,73 bps dengan non-residen mencatatkan net sell sebesar Rp 150,67 triliun. Hingga 30 September 2022, penghimpunan dana di pasar modal masih tinggi yaitu sebesar Rp 175,34 triliun, dengan emiten baru tercatat sebanyak 48 emiten. Di pipeline, masih terdapat 90 rencana Penawaran Umum dengan nilai sebesar Rp 61,31 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi