KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berencana membuat perusahaan fintech peer to peer (P2P) lending alias pinjol (pinjaman online) menyalurkan 70% pembiayaan ke sektor produktif dan 30% ke sektor konsumtif pada 2028. Sejumlah perusahaan fintech lending pun angkat bicara terkait rencana OJK tersebut. PT Akselerasi Usaha Indonesia Tbk atau Akseleran (AKSL) menilai rencana tersebut bisa berdampak buruk bagi penyelenggara fintech lending apabila mekanismenya tidak dimatangkan secara maksimal. Group CEO Akseleran Ivan Nikolas mengatakan perlu mekanisme yang jelas terkait cara agar fintech lending bisa memenuhi target itu tanpa mengakibatkan dampak negatif, baik dari sisi credit risk atau kualitas pinjaman.
Baca Juga: AdaKami Catat Total Pengeluaran Dana Capai Rp 11,8 Triliun hingga 6 November 2023 Menurutnya, akan sulit untuk membuat penyelenggara yang fokusnya ke pinjaman konsumtif kemudian wajib memberikan pinjaman produktif dengan porsi tertentu. "Apabila fokusnya tidak di situ, nantinya kualitas pinjamannya bisa jadi masalah," ucapnya kepada Kontan.co.id, Selasa (7/11). Ivan menyampaikan hingga Oktober 2023, Akseleran telah menyalurkan pembiayaan mencapai Rp 2,35 triliun. Adapun 95% pendanaan disalurkan untuk sektor produktif. Sementara itu, fintech P2P lending AdaKami menyambut baik rencana OJK terkait transisi pembiayaan tersebut. Rencana itu juga dinilai akan membantu kinerja perusahaan ke depannya. Brand Manager AdaKami Jonathan Kriss mengatakan rencana itu sejalan dengan kondisi nasabah AdaKami, yang mana saat ini tidak sedikit nasabah Adakami yang juga memanfaatkan fasilitas kredit untuk kebutuhan produktif atau modal usaha, khususnya di usaha mikro. "Sejak masa pandemi Covid-19 ada pergeseran tren, yakni lebih dari 40% pengguna AdaKami itu meminjam untuk kebutuhan usaha mikro. Namun, perlu dipahami juga bahwa AdaKami masih ke dalam cluster pinjaman multiguna, yang mana pengguna masih bisa menikmati fasilitas kredit untuk kebutuhan harian atau konsumtif," ucapnya, Selasa (7/11). Jonathan menyampaikan AdaKami untuk saat ini juga berfokus mengedepankan edukasi masyarakat agar mampu memahami aturan main produk keuangan serta mampu dalam mengelola keuangan mereka. Dia juga mengatakan AdaKami juga mendorong masyarakat memanfaatkan fasilitas kredit untuk keperluan produktif dan mendorong kualitas kredit yang sehat. Jonathan menerangkan per 6 November 2023, total disbursement Adakami telah mencapai Rp 11,8 triliun.
Baca Juga: Fintech Danamas Sebut Telah Capai Target Pembiayaan Produktif OJK Sebesar 70% Adapun fintech P2P lending PT Pasar Dana Pinjaman (Danamas) menyambut baik rencana tersebut. Head of Marketing Danamas Gian Carlo Binti menyebut saat ini telah mencapai target yang ditentukan OJK untuk pembiayaan ke produktif. "Saat ini, porsi pembiayaan kami untuk sektor produktif sudah sesuai target yang ditetapkan OJK. Kami terus berupaya menyesuaikan dengan target OJK, sejalan dengan komitmen kami terhadap pertumbuhan sektor produktif," ucapnya, Selasa (7/11). Gian juga mengatakan pihaknya menerapkan sejumlah strategi agar pembiayaan ke sektor produktif bisa tetap terjaga. Dia menyebut strategi Danamas untuk terus mencapai target yang ditetapkan oleh OJK, yakni meningkatkan kolaborasi dengan pelaku industri produktif, penajaman kriteria penilaian kredit untuk lebih fokus pada proyek-proyek yang memiliki dampak ekonomi berkelanjutan, dan peningkatan teknologi serta sistem manajemen risiko. Gian berpendapat bahwa dengan fokus pada pembiayaan yang produktif, akan berdampak positif baik pada perekonomian nasional maupun kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Selain itu, akan mendorong inovasi dan pertumbuhan bisnis berkelanjutan, serta memberikan dampak sosial yang lebih besar. Di sisi lain, PT Sahabat Mikro Fintek (SAMIR) menyatakan porsi penyaluran pembiayaan masih didominasi sektor multiguna ketimbang produktif hingga Oktober 2023. Public and Government Relation SAMIR Balqis menerangkan sampai 31 Oktober 2023, porsi pembiayaan multiguna perusahaan mencapai 62,2%, sedangkan pembiayaan ke sektor produktif mencapai 37,8%. "Dengan demikian, perusahaan masih mengandalkan pembiayaan sektor multiguna sebagai pendapatan utama," ucapnya Selasa (7/11). Mengenai rencana Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menargetkan 70% pembiayaan fintech peer to peer (P2P) lending untuk produktif pada 2028, Balqis berpendapat rencana tersebut akan memberikan dampak terhadap kinerja SAMIR, yang mana saat ini masih didominasi sektor multiguna. Meskipun demikian, Balqis menerangkan perusahaannya optimistis bisa memenuhi target tersebut dengan melakukan diversifikasi dan pengembangan produk yang mengarah kepada sektor UMKM. Dengan demikian, SAMIR dapat menghasilkan pendapatan yang sama dengan pendapatan yang didapatkan pada pembiayaan sektor multiguna. "Perusahaan akan melakukan diversifikasi dalam pengembangan model bisnis baru dan pengembangan produk sehingga bisa mendapatkan sumber pendapatan lain dan tidak tergantung pada pembiayaan sektor multiguna," ungkapnya. Selain itu, kata Balqis, SAMIR juga akan melakukan riset pasar dan riset produk terhadap segmen dan target baru yang akan dicapai oleh perusahaan.
Sementara itu, total penyaluran pembiayaan SAMIR mencapai Rp 554,91 miliar sampai 31 Oktober 2023, dengan pembiayaan multiguna mencapai 62,2%, sedangkan pembiayaan sektor produktif mencapai 37,8%. Sebagai informasi, OJK berencana membuat perusahaan fintech peer to peer P2P lending menyalurkan 70% pembiayaan ke sektor produktif dan 30% ke sektor produktif pada 2028. Adapun penyaluran pembiayaan fintech P2P lending alias pinjol saat ini masih didominasi sektor konsumtif dengan porsi 70%. "Tentu akan ada transisi. OJK juga akan mendorong bunga ke bawah, terutama sektor produktif," ujar Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK Agusman, Jumat (3/11). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi