OJK targetkan DPK tumbuh 14% di 2018



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyambut optimistis potensi pertumbuhan kinerja perbankan di tahun depan. Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso bahkan menyebut proyeksi pertumbuhan kredit tahun 2018 akan dapat melampaui pencapaian tahun ini.

Jika tahun 2017 OJK memproyeksi pertumbuhan kredit ada di kisaran 10%, tahun depan Wimboh optimistis pencapaian pertumbuhan kredit akan menyentuh 12%-13%. "Dekat-dekat Desember bisa kita lihat kredit, kami perkirakan bisa 8% sampai 10% di tahun ini," kata Wimboh, Jumat (10/11).

Untuk tahun depan OJK menyebut sejumlah kondisi ekonomi diperkirakan akan lebih baik. Terutama ditopang oleh prediksi International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia untuk negara maju dan berkembang akan tumbuh lebih cepat.


Sebagai gambaran saja, OJK selaku pengawas perbankan menilai saat ini memang terjadi perlambatan dari sisi kredit. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Heru Kristiyana menuturkan, per Oktober 2017 kredit perbankan hanya mencatatkan kenaikan sebesar 7,68%. Jumlah tersebut Masih cukup jauh dibandingkan proyeksi OJK sampai akhir tahun.

Kendati demikian, kondisi ini dianggap wajar lantaran ada sejumlah debitur besar yang melakukan pelunasan utang di bank.

Selain itu, optimisme OJK timbul dari pencapaian rasio keuangan perbankan yang mulai menunjukkan perbaikan. Salah satunya tecermin dari penurunan risiko kredit alias non performing loan (NPL) per Oktober 2017 yang sudah menurun dari 3% di bulan sebelumnya menjadi 2,93%.

Untuk itu, tahun depan OJK akan lebih aktif mendorong pertumbuhan industri perbankan dengan melakukan pendekatan kepada masing-masing bank. "Kami akan komunikasi dengan CEO bank, dan pemilik yang nakal akan kami sentil, saya yakin tahun ini proses konsolidasi bank sudah selesai," kata Heru.

Sementara untuk penghimpunan dana masyarakat atau dana pihak ketiga (DPK), Heru mematok tahun depan paling tidak dapat tumbuh sebesar 13%-14%. "DPK pertumbuhannya bagus, likuiditas di pasar tidak ada masalah. Saya rasa tahun depan akan lebih cepat," tambahnya.

Selain itu, untuk NPL pihak OJK masih belum dapat menentukan secara persis proyeksi tahun depan. Pasalnya, ada sejumlah komoditas yang masih mencatat NPL cukup tinggi antara lain sektor perkebunan dan pertambangan.

Namun, OJK ambisius tahun 2018 NPL perbankan dapat ditekan hingga di bawah level 2%. Heru menilai, semakin kecil NPL dapat ditekan maka pertumbuhan secara industri akan lebih kencang dan stabil.

Di sisi lain, industri perbankan tampaknya masih ragu dengan proyeksi pertumbuhan kredit tahun depan. Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk Parwati Surjaudaja bahkan mengatakan tahun depan pihaknya mematok kredit tumbuh setara dengan tahun ini yakni di level 10%-15%.

"Rasanya 2018 sulit untuk lebih tinggi dari pertumbuhan tahun ini. Kami perkirakan akan sama dengan 2017. Segmennya relatif merata baik ritel maupun korporasi," ujar Parwati, Rabu (8/11).

Senada, Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja juga hanya mematok pertumbuhan kredit satu digit tahun 2018 sebesar 9%, sama dengan target tahun 2017.

Meski begitu, Direktur Strategic, Risk and Compliance PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Mahelan Prabantarikso memproyeksi pertumbuhan kredit tahun depan akan lebih tinggi dari tahun ini. Kendati belum dapat menyebut secara persis pertumbuhan kredit, Mahelan menilai tren Pendapatan Domestik Bruto (PDB) meningkat dari proyeksi akhir tahun 5,1% menjadi 5,3% maka diperkirakan kredit mampu naik sekitar 2% dari rata-rata nasional saat ini.

"Kalau tahun ini BTN kemungkinan tumbuh minimal di kisaran 18%, tahun depan bisa di atas itu," kata Mahelan kepada Kontan.co.id, Kamis (9/11).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini