OJK: Waspadai investasi yang janjikan bunga tinggi



JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta masyarakat selalu waspada dan berhati-hati terhadap produk atau instrumen investasi yang menjanjikan bunga yang tinggi. Kepala Eksekutif Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK, Kusumaningtuti S. Soetiono mengungkapkan, investasi seperti itu bukan menguntungkan malah berpotensi merugikan masyarakat.

Kusumaninguti menjelaskan, produk investasi yang menjanjikan imbal hasil tinggi itu biasanya ditawarkan perusahaan yang tidak mempunyai izin. "Masyarakat dibuat tergiur dengan produk yang dalam waktu singkat memberi keuntungan besar. Bahkan ada yang dengan tingkat bunga di atas 10% per per bulan," ujar  Kusumaningtuti yang akrab disapa Titu dalam Seminar Nasional Strategi dan Tantangan Edukasi Keuangan Bagi Ibu Rumah Tangga dan UMKM di Jakarta, Kamis (7/8).

Menurutnya, perusahaan gelap itu tak jarang memanfaatkan tokoh masyarakat atau public figure seperti artis yang dikenal masyarakat, pemuka agama dan sebagainya. Tujuannya agar masyarakat lebih tertarik untuk membeli produk yang tidak jelas itu.


Selain itu, dia bilang dalam menawarkan produknya perusahaan investasi tak jelas itu juga mempresentasikan contoh-contoh nasabah yang telah menikmati keuntungan dari produk tersebut. Katanya, testimoni dari individu yang telah menerima manfaat dari investasi tak jelas itu dianggap dapat memberikan nilai tambah untuk kepercayaan masyarakat agar mau berinvestasi.

Padahal, jenis investasi tersebut termasuk tawaran investasi bodong. "Ini termasuk tawaran investasi bodong. Tidak sedikit korban investasi bodong yang kadang-kadang punya tingkat pengetahuan dan latar belakang pendidikan tinggi," jelas Titu.

Pemasaran produk investasi bodong ini juga dilakukan melalui pemasaran mulut ke mulut yang seringnya datang dari kerabat terdekat seperti keluarga."Sehingga, masyarakat sering tidak sadar telah menjadi korban," tegasnya.

Padahal, OJK menilai produk lembaga keuangan seharusnya mensejahterakan masyarakat, bukan malah menjadi momok. Salah satu penyebabnya karena literasi keuangan masyarakat masih rendah dan sifat tamak sehingga dimanfaatkan pihak-pihak tidak bertanggung jawab.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can