OKAS incar kontrak US$ 100 juta



JAKARTA. Menjaga agar pertumbuhan kinerjanya tetap stabil di masa mendatang, PT Ancora Indonesia Resources Tbk (OKAS) gencar mencari kontrak baru. Dengan demikian, kinerja OKAS tidak tergantung pada klien-klien tertentu.

Produsen amonium nitrat dan bahan peledak ini mengincar kontrak dari tiga sampai empat klien baru di 2012 nanti. "Nilai kontrak yang kami incar sekitar US$ 50 juta-US$ 100 juta," kata Dharma H. Djojonegoro, Direktur Utama OKAS, dalam paparan publik di Jakarta, Senin (12/12).

Selama ini, OKAS masih bergantung pada klien-klien besar, seperti Freeport Indonesia dan Chevron Pacific Indonesia. Masalahnya, tahun ini kedua perusahaan tersebut terbelit masalah pelik.


Freeport misalnya, sudah tiga bulan terakhir dihantam aksi mogok dari para buruhnya. Alhasil perusahaan tambang ini harus menghentikan produksi untuk sementara. Otomatis, order amonium nitrat ke OKAS pun terhenti.

Kondisi ini jelas berdampak negatif pada kinerja keuangan OKAS. Di sembilan bulan pertama 2011, perseroan ini hanya bisa mencetak penjualan Rp 852,98 miliar.

Jumlah ini lebih kecil 19,89% dari penjualan di periode yang sama tahun sebelumnya, yakni sebesar Rp 1,06 triliun. Maklumlah, OKAS hanya mengandalkan order dari dua klien, yakni Indominco Mandiri dan Pama Persada Nusantara.

Akibat penurunan penjualan, OKAS membukukan rugi yang distribusikan pada pemilik induk sebesar Rp 5,97 miliar, turun dari laba Rp 13,21 miliar di tahun sebelumnya. "Target tahun ini boleh dikatakan kandas," keluh Dharma. Karena itulah, perseroan ini berniat mencari klien baru.

Klien baru

Tahun ini, sudah ada beberapa klien baru yang berhasil digaet. Agustus lalu, OKAS memenangkan kontrak dari PT Adaro Indonesia Tbk (ADRO) untuk memasok amonium nitrat dan jasa pertambangan sebesar US$ 75 juta.

Selanjutnya, OKAS mendapat kontrak dari Asmin Koalindo Tuhup senilai US$ 25 juta. Kedua kontrak tersebut diperoleh melalui anak usaha OKAS, yakni PT Multi Nitrotama Kimia. Kontrak berlaku selama tiga tahun.

OKAS optimistis langkah diversifikasi klien ini bisa meningkatkan kembali kinerja perseroan. Tahun depan OKAS menargetkan penjualan bisa mencapai Rp 1,5 triliun, naik 36,4% dari target penjualan tahun ini, sebesar Rp 1,1 triliun.

OKAS juga mengincar EBITDA sebesar US$ 25 juta-US$ 35 juta. Target ini lebih tinggi 75% dari target realisasi EBITDA tahun ini sebesar US$ 15 juta-US$ 20 juta.

Perseroan ini juga akan menggenjot volume penjualan tahun depan. Manajemen OKAS juga menargetkan peningkatan kapasitas produksi dengan selesainya pembangunan pabrik MNK-2.

Dengan pabrik baru tersebut, perseroan ini mematok kapasitas produksi bakal naik hingga empat kali lipat menjadi 150.000 ton per tahun. Saat ini, OKAS baru bisa memproduksi amonium nitrat 37.000 metrik ton per tahun.

Reza Priyambada, Kepala Riset Indosurya Asset Management, menilai positif rencana bisnis OKAS tersebut. Namun ia menegaskan hal tersebut tidak akan berimbas pada pergerakan saham OKAS.

Pasalnya, saham OKAS kurang diminati pelaku pasar. Investor menganggap industri pendukung pertambangan yang digeluti OKAS kurang menarik. "Walau tahun depan OKAS bisa mencetak kinerja lebih baik, pergerakan saham tidak akan terlalu atraktif," ujar Reza.

Sekadar catatan, OKAS juga sebenarnya berniat mengakuisisi tambang batubara untuk mengerek pendapatan. Tapi rencana ini tak juga terlaksana karena perseroan belum mendapat pendanaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Djumyati P.