OKAS tunda niat berbisnis batubara



JAKARTA. Rencana PT Ancora Indonesia Resources Tbk (OKAS) masuk ke pertambangan batubara tertunda. Produsen amonium nitrat ini menghentikan sementara proses akuisisi Raja Kutai Baru Makmur (RKBM).

Rencana awal OKAS adalah mengakuisisi perusahaan batubara tersebut dari Ancora Energy, induk usahanya. Dhamar H. Djojonegoro, Direktur Utama OKAS, mengatakan, emiten itu telah membuat perjanjian pembelian dengan PT Ancora Energy untuk mengakuisisi RKBM.

Namun, hingga saat ini RKBM belum bisa memenuhi beberapa kriteria untuk dikonsolidasikan ke OKAS. "Sebagai perusahan publik, kami harus seluruhnya transparan. Sederhananya RKBM belum bisa memenuhi kriteria tersebut," kata Dhamar pada KONTAN, beberapa waktu lalu.


Manajemen OKAS belum memutuskan rencana lanjutan terkait penundaan akuisisi ini. Namun mandeknya akuisisi ini membuka peluang perseroan ini melirik tambang lain.

Menurut Dhamar, OKAS tidak menetapkan kriteria kaku terkait tambang yang akan diakuisisi. "Yang penting cadangannya di atas 10 juta ton dan dapat ditambang," imbuh Dhamar. Tapi ia menolak membuka tambang batubara yang tengah dilirik OKAS.

Dhamar juga membantah OKAS sulit mencari pendanaan. Pertengahan Oktober lalu, OKAS mendapatkan fasilitas pinjaman sebesar US$ 25 juta dari kreditur asing yaitu Standard Chartered Bank Plc.

Rencananya, OKAS akan menggunakan US$ 3 juta untuk kebutuhan modal kerja, sedang sisanya untuk keperluan akuisisi RKBM. Setelah akuisisi RKBM terhenti, otomatis pinjaman tersebut masih menganggur.

Karena akuisisi tertunda, tahun depan OKAS masih akan fokus mengembangkan bisnis amonium nitrat. OKAS menargetkan bisa memiliki kapasitas produksi amonium nitrat sebesar 150.000 metrik ton per tahun, naik 4 kali lipat dari produksi tahun ini yang sebesar 37.000 metrik ton.

Kenaikan produksi itu bakal mengerek volume penjualan sebesar 20% dari penjualan tahun ini yang diproyeksikan mencapai 170.000 metrik ton. Dengan demikian, penjualan bersih OKAS bakal meningkat menjadi Rp 1,5 triliun, naik 36,4% dibandingkan penjualan bersih tahun ini yang sebesar Rp 1,1 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini