JAKARTA. Pemerintah bakal menetapkan Bea Keluar (BK) minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) selama bulan Oktober 2009 sebesar nol persen, atau sama dengan BK di bulan September karena harga rata-rata patokan ekspornya US$ 691 per ton.Hal ini disampaikan oleh Susanto, Kepala Bidang Pemasaran Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) kepada KONTAN, Selasa(29/9). “Ini sudah bisa diprediksi sebelumnya,” kata Susanto yang membeberkan hasil rapat penentuan Harga Patokan Ekspor (HPE) di Departemen Perdagangan, kemarin.Lebih detil, Harga Patokan Ekspor (HPE) yang diperkirakan bakal ditetapkan bulan Oktober adalah, untuk tandan buah segar (TBS) sebesar US$ 253 per ton dan CPO di harga US$ 617 per ton. Untu produk turunannya, yakni crude olein US$ 672 per ton, crude palm olein sterin US$ 619 per ton, crude palm kernel oil US$ 642 per ton, crude palm kernel stearine US 642 per ton, crude palm kernel olein US$ 642, RBD Palm olein US 681 per ton, RBD Palm olein kemasan US$ 681 per ton, RBD Palm Kernel Olein 696, RBD Palm Kernel Stearine US$ 915 per ton, RBD stearine US$627 per ton, RBD PKO US$ 696 per ton, RBD PO US$ 665 per ton, dan Biofuel US$ 779 per ton.Daftar HPE ini merupakan hasil pertemuan sejumlah asosiasi diantaranya GAPKI dengan Departemen Perdagangan. Kendati angka BK sudah disepakati, namun aturan ini belum berlaku karena masih menunggu tanda tangan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu yang saat ini masih berada di Amerika Serikat. Ketika ditanya kapan disahkannya HPE itu, Yamanah AC Direktur Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan Depdag hanya menjawab pendek lewat pesan singkatnya. “Belum,” katanya ke KONTAN.Dengan bea keluar nol persen tersebut, GAPKI memperkirakan nilai ekspor bakal mengalami kenaikan di bulan Oktober. Sebab, permintaan dari India masih relatif tinggi. Sementara itu jumlah produksi kali ini mengalami gangguan karena adanya musim libur di September. “Selain itu adanya musim kemarau,” jelasnya.Dengan tren harga CPO yang rendah itu diperkirakan akan meningkatkan volume ekspor di Oktober. Apalagi, kebutuhan akan CPO bakal meningkat untuk persediaan tahun baru. Susanto bilang, selain India pembelian dari China juga masih bisa diharapkan. “November dan Desember diperkirakan akan terjadi kenaikan harga,” kata Susanto optimis.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Oktober 2009, Bea Keluar Ekspor CPO Nol Persen
JAKARTA. Pemerintah bakal menetapkan Bea Keluar (BK) minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) selama bulan Oktober 2009 sebesar nol persen, atau sama dengan BK di bulan September karena harga rata-rata patokan ekspornya US$ 691 per ton.Hal ini disampaikan oleh Susanto, Kepala Bidang Pemasaran Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) kepada KONTAN, Selasa(29/9). “Ini sudah bisa diprediksi sebelumnya,” kata Susanto yang membeberkan hasil rapat penentuan Harga Patokan Ekspor (HPE) di Departemen Perdagangan, kemarin.Lebih detil, Harga Patokan Ekspor (HPE) yang diperkirakan bakal ditetapkan bulan Oktober adalah, untuk tandan buah segar (TBS) sebesar US$ 253 per ton dan CPO di harga US$ 617 per ton. Untu produk turunannya, yakni crude olein US$ 672 per ton, crude palm olein sterin US$ 619 per ton, crude palm kernel oil US$ 642 per ton, crude palm kernel stearine US 642 per ton, crude palm kernel olein US$ 642, RBD Palm olein US 681 per ton, RBD Palm olein kemasan US$ 681 per ton, RBD Palm Kernel Olein 696, RBD Palm Kernel Stearine US$ 915 per ton, RBD stearine US$627 per ton, RBD PKO US$ 696 per ton, RBD PO US$ 665 per ton, dan Biofuel US$ 779 per ton.Daftar HPE ini merupakan hasil pertemuan sejumlah asosiasi diantaranya GAPKI dengan Departemen Perdagangan. Kendati angka BK sudah disepakati, namun aturan ini belum berlaku karena masih menunggu tanda tangan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu yang saat ini masih berada di Amerika Serikat. Ketika ditanya kapan disahkannya HPE itu, Yamanah AC Direktur Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan Depdag hanya menjawab pendek lewat pesan singkatnya. “Belum,” katanya ke KONTAN.Dengan bea keluar nol persen tersebut, GAPKI memperkirakan nilai ekspor bakal mengalami kenaikan di bulan Oktober. Sebab, permintaan dari India masih relatif tinggi. Sementara itu jumlah produksi kali ini mengalami gangguan karena adanya musim libur di September. “Selain itu adanya musim kemarau,” jelasnya.Dengan tren harga CPO yang rendah itu diperkirakan akan meningkatkan volume ekspor di Oktober. Apalagi, kebutuhan akan CPO bakal meningkat untuk persediaan tahun baru. Susanto bilang, selain India pembelian dari China juga masih bisa diharapkan. “November dan Desember diperkirakan akan terjadi kenaikan harga,” kata Susanto optimis.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News