JAKARTA. Ketidakpastian kenaikan suku bunga The Fed telah memaksa investor asing keluar dari negara-negara berkembang. Penarikan dana terburuk terjadi di Pasar Asia Tenggara. Berdasarkan data
Bloomberg, Rabu (30/9), penarikan dana asing dari Indonesia, Thailand dan Filipina mencapai US$ 5 miliar selama kuartal III. Jumlah Ini disebutkan tertinggi dibanding yang terjadi pada tahun 1999. Namun, dua hari belakangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penguatan. Pada penutupan perdagangan akhir September (30/9), IHSG ditutup menguat 45.5 poin atau sebesar 1.09% ke level 4223.91. Investor asing ikut antusias dengan mencatatkan net buy sebesar Rp 288.06 Miliar.
Hanya saja, selama September ini total capital out flow masih tercatat cukup besar yakni Rp 7,1 triliun. Sehingga dalam dua bulan terakhir tercatat capital out flow sekitar Rp 17,4 triliun. Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri memperkirakan IHSG masih akan cenderung tertekan di bulan Oktober. Bahkan dugaannya, level Bottom IHSG 3.800 akan terjadi pada Oktober. Sementara akhir tahun diperkirakan berada di level 4.600 terutama jika kenaikan suku bunga the Fed masih diwarnai ketidakpastian. Dia melihat penguatan yang terjadi dua hari belakang lebih karena optimisme pasar terhadap kebijakan pemerintah paket II yang dinilai lebih komplit. Selain itu, kata Hans, kenaikan juga didorong oleh pengumuman yang dilakukan BPJS akan melakukan belanja di pasar saham sehingga menambah portofolio menjadi sekitar 18%-20% dari total dana yang dikelola yakni sebesar Rp 400 triliun. Sementara saat ini dana yang ditempatkan BPJS di saham masih 10% atau sekitar Rp 40 triliun. "Pengumuman ini yang membuat indeks terdorong naik," Kata Hans pada KONTAN, Rabu (30/9). Namun, Hans melihat pengumuman tersebut hanya sebuah instruksi dari pemerintah untuk meredakan gejolak di pasar. Pasalnya, kalau sebuah instruksi mau melakukan belanja saham tidak perlu ada pengumuman agar dapat harga murah. Lagi pula, tambahnya, saat ini sebenarnya BPJS membutuhkan dana untuk membayar klaim mengingat begitu banyaknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang terjadi belakangan. Mengawali Oktober, banyak data yang dinanti investor yang bisa mempengaruhi pergerakan IHSG. Hans mengatakan, PMI manufaktur China diperkirakan akan turun setelah laporan laba korporasi Agustus mengalami penurunan 8,8%.
Selain itu, pasar juga akan menanti data ekonomi domestik seperti inflasi dan laporan keuangan emiten juga akan mulai keluar di pertengahan bulan yang diperkirakan masih akan turun karena rugi kurs, kenaikan bahan baku serta penurunan permintaan. Sementara dari eksternal, masih ada ketidakpastian kenaikan suku bunga The Fed dan tekan ekonomi China. "Ketidakpastian The Fed akan membuat dana asing bergerak keluar," ujar Hans. Sebenarnya, Hans melihat tekanan jual asing sudah mulai turun. Hanya saja, fundamental ekonomi Indonesia memang tengah terpukul yang ditandai dengan kredit macet mulai naik, daya beli masyarakat turun, pelemahan nilai tukar menekan importir dan harga komoditas tertekan membuat rentan terhadap out flow. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto