Oktober, Inflasi China Mulai Menjinak



HONGKONG. Tingkat inflasi China mulai menjinak. Bahkan penurunannya merupakan yang terendah sejak 17 bulan terakhir. Hal ini tentunya akan memberikan cukup ruang bagi bank sentral Negeri Tirai Bambu itu untuk memangkas lagi suku bunganya yang ditujukan menangkal krisis finansial.

Menurut biro statistik China, indeks harga konsumen pada Oktober kemarin hanya naik sekitar 4%. Padahal, pada September lalu, indeks harga konsumen masih berada pada level 4,6%. Angka tersebut lebih rendah dibanding dengan nilai tengah 18 ekonom yang disurvei Bloomberg yang mematok peningkatan sebesar 4,2%.

Memang, semakin turunnya inflasi di China tidak terlepas dari upaya pemerintah setempat dalam menangkal krisis di negaranya.  Dua hari lalu, kabinet China akhirnya menyetujui untuk menyuntikkan dana ke sistem finansial sebesar 4 triliun yuan atau sebesar US$ 586 miliar.


Selain itu, menurut Gubernur bank sentral China Zhou Xiaochuan pada 9 November lalu di Sao Paulo, boleh jadi pihaknya juga akan terus menurunkan suku bunga pinjamannya setelah melakukan tiga kali pemangkasan dalam dua bulan terakhir.

“Saat ini para otoritas moneter lebih memprioritaskan agar perekonomian tidak terhantam dengan keras. Stimulus keuangan merupakan suatu bantuan yang besar, namun masih ada banyak ruang bagi bank sentral untuk memangkas tingkat suku bunga,” jelas Chen Xingdong, chief China economist BNP Paribas SA di Beijing. 

Sekadar informasi saja, inflasi China yang terus meroket pada 2007 dan awal 2008 disebabkan oleh berkurangnya pasokan daging babi di negara tersebut. Namun, dalam enam bulan belakangan ini, inflasi semakin menjinak akibat adanya perbaikan suplai makanan dan turunnya harga energi dan komoditas.

Pada bulan Oktober, harga bahan-bahan makanan mengalami kenaikan mencapai 8,5% dibanding tahun sebelumnya. Ini merupakan kenaikan terendah dalam 17 bulan terakhir. Sementara harga daging babi turun 1,2%, setelah sempat naik 2,6% pada September lalu. Harga barang-barang selain makanan hanya naik 1,6%. Angka ini mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya yang kenaikannya mencapai 2%.

Meski demikian, dampak dari paket stimulus yang digelontorkan pemerintah kemungkinan baru akan dirasakan pada pertengahan tahun depan. “Saya memprediksi, inflasi China akan mencapai 0,4% saja pada tahun depan. China saat ini sedang mengarah kepada periode deflasi,” jelas Tao Dong, chief Asia economist perbankan Hongkong.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie