Oktober, pasar surat utang bergairah



JAKARTA. Sejak awal Oktober, pasar surat utang dalam negeri memperlihatkan performa menggembirakan. Indeks total return obligasi Indonesia atau INDOBeX Composite Total Return 1 Oktober–12 Oktober 2015 tumbuh 6,35% ke 182,14.

INDOBeX Government Total Return membumbung 6,87% menjadi 179,44 di periode yang sama. Diikuti oleh INDOBeX Corporate Total Return naik 3,29% ke 194,03. Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Anil Kumar menjelaskan, wajar return instrumen surat utang melambung tinggi.

Lihat saja yield Surat Utang Negara (SUN) seri acuan tenor 10 tahun FR0070 menciut dari 9,51% si akhir September 2015 menjadi 8,52% pada Selasa (13/10). Jika harga obligasi naik, yield t bakal turun. Sebaliknya, harga obligasi terkoreksi, yield instrumen ini melambung.


Pada periode yang sama, nilai tukar rupiah versus dollar AS menguat dari Rp 14.651 ke Rp 13.564. Mata uang garuda mencuri kesempatan akibat hasil FOMC meeting pada 16–17 September 2015 dovish. Data ekonomi AS juga kurang oke. Akibatnya pasar pesimistis, Fed mengerek suku bunga acuan di sisa tahun 2015.

"Market berbalik arah. Investor masuk ke aset-aset murah di dunia, seperti negara berkembang, termasuk Indonesia," jelasnya.

Analis Millenium Capital Management Desmon Silitonga menuturkan, membaiknya return surat utang juga dipicu aksi perbankan dalam negeri yang masuk ke pasar karena harga murah.

Akhir September 2015-9 Oktober 2015, akumulasi bank di SUN bertambah 4,78% menjadi Rp 419,83 triliun. Lebih tinggi ketimbang kepemilikan asing di SUN yang naik tipis 0,1% ke Rp 523,92 triliun.

Tapi Anil menilai, rebound ini jangka pendek karena hanya sentimen. Belum ada faktor fundamental yang mendukung. Ketidakpastian dari luar negeri kembali muncul menjelang rapat The Fed 28-29 Oktober 2015. Oleh karena itu, Anil memprediksi return surat utang pada pengujung 2015 masih serupa dengan level saat ini.

Ia menyarankan, investor yang sudah menggenggam instrumen surat utang ambil untung (profit taking). Bagi investor jangka panjang, boleh hold atau menambah portofolio karena prospek surat utang Indonesia masih cerah.

Desmon optimistis, return pasar surat utang dalam negeri bakal bertambah hingga akhir 2015. Ini terlihat pada prediksi yield FR0070 yang bakal menyusut di 8,2%-8,5%. Faktor pendorongnya, target inflasi Indonesia 2015 sebesar 3%-5% diprediksi terwujud. Pertumbuhan ekonomi Indonesia akhir tahun 4,9%-5%.

Apalagi yield obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun terbilang lebih tinggi ketimbang negara lain. Mengacu Asian Bonds Online per 13 Oktober 2015, yield obligasi Pemerintah Vietnam 7,13%, Thailand 2,6% dan Filipina 3,72%.

Tingginya tawaran yield SUN Indonesia dapat menjadi daya tarik. Selain itu, peluang BI menurunkan suku bunga acuan. "Jika BI rate turun, pasar SUN akan terapresiasi," terang Desmon. Asal, BI dan pemerintah mengerek kepercayaan investor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie