Okupansi gedung perkantoran CBD diprediksi turun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data Colliers periode kuartal IV-2017 menyebutkan dari total lahan seluas 1,7 juta meter persegi (m2) yang dimiliki strata title gedung perkantoran, termasuk yang masih dalam proses konstruksi, sudah terjual hingga 86%. Kendati begitu, tingkat penyerapan tahunan selama tahun 2017 hanya ada di kisaran 30% atau lebih rendah dibandingkan tahun 2016.

Hal itu juga berdampak pada harga rata-rata gedung perkantoran yang berada di angka Rp 55, 5 juta per meter persegi (m2) pada tahun 2017 atau masih sama dengan tahun lalu.

Ferry Salanto, Senior Associate Director Colliers mengatakan, sepanjang tahun 2017, di kawasan Central Business District (CBD) Jakarta, ada sembilan gedung perkantoran baru yang masuk dengan total lahan seluas 501,927 m2. Angka tersebut terbilang cukup besar jika dibandingkan secara tahunan.


Namun demikian, hal itu belum diimbangi dengan tingkat keterisian yang cukup baik. "Aktivitas banyak, tetapi tingkat hunian turun, sehingga itu menekan harga sampai turun sekitar 6,2%," ujar Ferry dalam paparan properti di Jakarta, Selasa (9/1).

Ferry memprediksi, pada tahun ini, kondisi tersebut belum akan banyak berubah lantaran akan ada 10 gedung baru lagi yang akan masuk di kawasan CBD. Menurutnya, jika semua gedung itu tidak dibangun, tingkat okupansi akan naik. Sebaliknya, jika 10 gedung itu jadi dan selesai dibangun, dia menduga akan ada penurunan tingkat okupansi sebesar 3,4% sampai 4% pada tahun 2018.

Dengan proyeksi okupansi yang bakal turun itu, pihaknya masih melihat adanya potensi kenaikan rental. "Tapi itu bukan karena isinya naik, tetapi karena 10 gedung masuk dan harganya sudah di atas pasaran," imbuhnya. Menurut Ferry tren persewaan gedung perkantoran masih akan memiliki potensi kenaikkan sebesar 1,5% sampai 2% pada tahun 2018.

Berbeda dengan kawasan CBD, gedung perkantoran yang berada di luar kawasan CBD justru bakal mengalami tren peningkatan okupansi karena gedung yang masuk jumlahnya tidak terlalu banyak. Dia mengatakan, akan ada 12 gedung baru yang akan meramaikan kawasan di luar CBD tersebut dengan total lahan seluas 270.000 m2. Sebagian besar gedung tersebut adalah proyek gedung pekantoran yang sempat tertunda pada tahun 2017.

Tak hanya itu, pembangunan Light Rail Transit (LRT) yang bakal menghubungkan beberapa titik di daerah Jakarta Timur ke pusat kota, menurut riset Coliiers juga bakal menjadi katalis positif yang akan membantu meningkatnya tingkat keterisian gedung perkantoran di luar kawasan CBD.

Data Colliers juga menyebut, setelah sempat terkoreksi hingga 81,9% pada kuartal I-2017, tingkat okupansi gedung perkantoran di luar kawasan CBD kembali mencatatkan peningkatan secara bertahap. Hingga kuartal IV-2017, tingkat okupansinya sudah mencapai 83,7%. Hal ini juga didukung oleh banyaknya aktivitas tenant di kawasan tersebut.

Kendati begitu, Ferry memprediksi pada tahun 2018 tingkat okupansi gedung perkantoran itu akan turun 2% lantaran semakin banyaknya ketersediaan gedung perkantoran. Adapun bidang-bidang seperti Teknologi Informasi dan Keuangan bakal menjadi segmen pasar bagi gedung pekantoran yang berada di luar kawasan CBD, Jakarta. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini