Okupansi hotel bujet mulai terkoreksi



JAKARTA. Makin menjamurnya hotel bujet membuat tingkat okupansi hotel ini tidak setinggi dari sebelumnya. Tengok saja hotel kelolaan PT Grahawita Santika yang menjadi pelopor hotel tipe ini, yakni Hotel Amaris.

Vivi Herlambang, Manajer Komunikasi Perusahaan Grahawita Santika mengakui tingkat okupansi Amaris merosot menjadi 77% sampai dengan kuartal III-2013. Padahal perusahaan ini berhasil meraih tingkat okupansi 80% pada periode yang sama tahun lalu. "Secara keseluruhan tingkat okupansi hotel memang menurun karena banyaknya pasokan baru yang masuk ke pasar," terang Vivi kepada KONTAN, Senin (21/10). Padahal, aktivitas bisnis sedang lesu seiring dengan perlambatan ekonomi.

Namun tingkat okupansi hotel bujet masih di atas rata-rata. Sebagai perbandingan, rata-rata tingkat okupansi seluruh hotel yang dikelola oleh anak usaha Kompas Gramedia ini menurun dari 78% di kuartal III-2012 menjadi 75% di kuartal III-2013. Menurut Vivi, lantaran pasar hotel bujet lebih gemuk.


Alhasil, Grahawita Santika tidak akan mengerem ekspansi Amaris. Sampai akhir tahun ini, Santika akan menambah dua atau tiga hotel baru lagi untuk menambah 28 hotel yang sudah beroperasi.

Tahun depan, jumlah Hotel Amaris akan kembali bertambah sedikitnya 15 hotel. "Kami akan membuka lebih banyak hotel tahun depan, karena menjelang pemilu biasanya hotel ramai," ujar Vivi.

Berbeda dengan Amaris, tingkat okupansi Hotel Fave dan Hotel Neo yang juga berstatus hotel bujet masih stabil di kisaran 70%-75% sampai saat ini. Kalaupun ada penurunan okupansi hanya sementara saat low season. "Setiap bulan kami membuka tiga sampai empat hotel bujet baru. Bila okupansinya buruk, tentu kami tidak seberani ini," kata Febry M Anindita, Manajer Pemasaran dan Komunikasi Archipelago International, pengelola Fave dan Neo.

Sekedar catatan, saat ini Archipelago sudah mengoperasikan 25 hotel bujet yang terdiri dari 19 Hotel Fave dan enam Hotel Neo. Hingga akhir tahun akan ada tambahan enam hotel lagi.

Tauzia Hotel Management, yang mengelola enam hotel bujet dengan merek Hotel Pop juga mengklaim tingkat okupansi masih stabil dalam rentang 70%-80%. Padahal jumlah hotel terus bertambah. "Sejauh ini kami tidak khawatir," ujar Manajer Komunikasi Perusahaan Tauzia, Yani Sinulingga

Anton Sitorus, Head of Research Jones Lang LaSale (JLL) memprediksi kinerja sektor perhotelan khususnya hotel berbintang di Jakarta bakal terus terangkat. "Pasar perhotelan akan diuntungkan dari akvitas menjelang pemilu," katanya.

Menurut proyeksinya, tingkat okupansi hotel berbintang di Jakarta, termasuk hotel bujet, akan meningkat pada tahun 2014. Meski tidak memberi angka pasti, ia menyebut tingkat okupansi hotel di Jakarta rata-rata per Agustus 2013 yaitu 65% untuk hotel kelas atas dan 68% untuk hotel kelas menengah.

Arief Rahardjo, Head of Research and Advisory Cushman and Wakefield menuturkan rata-rata tingkat okupansi hotel berbintang di Jakarta sebesar 73%. Arief memperkirakan tingkat okupansi akan terdongkrak menjadi 74,4% pada tahun 2014.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon