Okupansi perkantoran Jakarta membaik, tapi masih lesu darah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi perkantoran di Jakarta dan Surabaya masih sama-sama belum mengalami pergerakan signifikan sampai akhir Juni lalu. Okupansi kantor di dua kota besar ini masih melambat. Hanya saja bedanya, permintaan sewa di Jakarta sedikit mengalami perbaikan, sedangkan di Surabaya masih tetap rendah.

Okupansi perkantoran di Jakarta sampai akhir tahun 2018 diperkirakan masih akan mengalami penurunan sekitar 3%- 4%, meskipun sepanjang paruh pertama permintaan sewa mengalami peningkatan dan diprediksi masih akan berlanjut pada semester II ini. Okupansi diprediksi masih menurun karena tingkat kekosongan ruang perkantoran di Jakarta masih cukup besar.

"Total perkantoran kosong di Jakarta sampai Kuartal II 2018 mencapai 2 juta meter persegi (m2). Ini yang akan membuat tingkat okupansi kantor di CBD Jakarta akan turun menjadi 79% akhir tahun, terendah dalam beberapa tahun terakhir. Sementara di luar CBD masih 81%, ada penurunan 2%-2,5% dari tahun sebelumnya," jelas Ferry Salanto, Senior Associate Director Colliers Indonesia di Jakarta, Rabu (4/7).


Permasalahan perkantoran di Jakarta, menurut Ferry masih sama seperti sebelumnya yaitu kelebihan pasokan. Walaupun saat ini rencana pembangunan proyek baru tidak ada banyak, total penambahan pasokan dari tahun 2018 sampai 2021 dari proyek-proyek yang sedang dibangun akan mencapai 11,5 juta m2, di mana 7 juta m2 berada di area CBD.

Pembangunan baru diperkirakan akan mulai masuk lagi pada 2021-2023.

Permintaan coworking space Pasar perkantoran saat ini masih didominasi oleh tenant market sehingga pemilik properti akan memberikan penawaran sewa yang lebih rendah dan kontrak yang lebih fleksibel untuk memberikan opsi keuntungan yang lebih menarik bagi para penyewa.

"Kami melihat bisnis coworking space masih akan berkembang dan jadi pendorong utama bisnis pekantoran," kata Ferry.

Permintaan ruang kantor yang terjadi juga didorong oleh relokasi di mana tenant melakukan perpindahan dari satu kantor ke kantor lain. Namun menurutnya, relokasi ini juga tidak akan banyak menopang okupansi perkantoran .

Dengan adanya peningkatan permintaan sewa, secara umum Colliers melihat bahwa pasar perkantoran di Jakarta mengalami perbaikan. Hanya saja, permintaan itu memang tidak sejalan dengan peningkatan harga sewa.

Ferry bilang, fokus pengembang saat ini adalah bagaimana agar okupansi tetap terjaga sehingga tidak bisa sembarangan mengerek sewa.

Harga penawaran sewa perkantoran di Jakarta akan naik 1% , tetapi harga transaksi diperkirakan bisa turun 20%-30% dari tahun lalu karena kondisi masih oversupply.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia