Okupansi perkantoran Surabaya diramal tetap di bawah 70%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permintaan perkantoran di Surabaya masih lesu. Kelebihan pasokan, seperti yang terjadi di Jakarta, disebut menjadi salah satu penyebab, penyerapan gedung perkantoran di Surabaya masih seret.

Colliers Indonesia menilai, okupansi gedung perkantoran di Surabaya juga masih sangat rendah. Padahal, total gedung perkantoran di Surabaya hanya setara dengan ruang kantor yang ada di Jalan Satrio, Jakarta Selatan.

Dalam catatan Colliers, total gedung perkantoran di sana hanya 340.000 m2 hingga semester I 2018. Saat ini terdapat 80.000 m2 lagi yang masih belum terisi. Angka tersebut sangat besar untuk ukuran Surabaya dan butuh waktu lama untuk bisa menyerap itu.


Oleh karenanya, Colliers memperkirakan tingkat okupansi perkantoran di kota ini masih akan di bawah 70% sampai akhir tahun. Menurut ferry, rendahnya serapan gedung perkantoran di sana lantaran masih banyaknya perusahaan lokal mencari kantor di rukan atau menjadikan rumah sebagai perkantoran.

Harga sewa kantor di Surabaya diprediksi juga akan mengalami penurunan sampai akhir tahun ini sekitar 5% karena permintaan masih rendah. Dari sisi penyewa, bisnis yang masih menopang perkantoran di Surabaya selama ini berasal dari pelayaran, asuransi dan perbankan.

Namun belakangan, seiring dengan perkembangan start up company, keberadaan coworking space juga sudah mulai hadir di kota ini. Dari catatat Colliers, sudah ada tiga operator ruang kantor bersama hadir di Surabaya.

Ferry mengatakan, pasar perkantoran strata title juga cenderung mengalami perlambatan. Biasanya durasi penjualan gedung kantor hanya membutuhkan waktu satu sampai dua tahun untuk terserap penuh, saat ini butuh waktu lebih lama lagi yaitu sekitar 3-4 tahun.

Pasokan perkantoran di Surabaya diprediksi masih akan terus mengalami peningkatan sehingga tekanan terhadap okupansi masih akan berlanjut. Dari 2018-2021, penambahan pasokan baru diperkirakan akan mencapai 330.000 m2.

Meskipun masih melambat, kondisi perkantoran Ciputra Group terus mengalami peningkatan. Permintaan perkantoran baik untuk sewa maupun strata title di gedung perkantoran yang dimiliki perusahaan yaitu Tokopedia Tower dan Office Tower Ciputra International Puri terus meningkat.

Ciputra Group saat ini memiliki tiga perkantoran yang konsepnya kombinasi antara sewa dan strata title yaitu DBS Tower, Tokopedia Tower dan Ciputra International Puri. DBS Tower memiliki okupansi 97%.

Sementara Tokopedia Tower memiliki luas bersih 63.000 m2 di mana 50% merupakan area sewa dan separuh lagi dijualbelikan. Okupansi gedung kantor yang beroperasi mulai akhir 2017 itu sudah mencapai sekitar 60%-65% di mana area strata sekitar 35% dan area sewa 30%."Sampai akhir tahun kami optimistis, okupansinya bisa mencapai 75%," kata Artadinata Djangkar, Direktur Ciputra Group.

Selain Tokpedia yang menyewa sekitar 12.000 m², ada satu penyewa lagi yang masuk ke Tokopedia Tower dengan luas yang lebih kecil. Sementara area strata sudah dijual ke beberapa perusahaan yang bergerak di bidang finance, leasing, trading dan lain-lain dengan luas mencapai 18.000 m²

Sekitar 1.000 m²-3.000 m² dari area sewa Tokopedia Tower rencananya akan dijadikan co-working space. Ciputra melihat, konsep co-working space akan menjadi tren ke depan sehingga perusahaan mulai membuka diri untuk sektor tersebut. "Tetapi saat ini belum final karena setelah RUPS kita banyak libur," kata Arta.

Kondisi okupansi perkantoran PT Intiland Development Tbk (DILD) di Jakarta pada kuartal II 2018 juga tercatat mengalami peningkatan. Namun, tingkat keterisian kantor di Surabaya tercatat mengalami penurunan tipis.

Pada kuartal I 2018, okupansi Intiland Tower masih 88% dan South Quarter 70%. " Sedangkan saat ini okupansinya masing-masing 89% dan 71%," kata Theresia Rustandi, Sekretaris Perusahaan DILD.

Adapun okupansi Intiland Tower Surabaya turun menjadi 69,2% dari 70% dari kuartal I 2018. Sedangkan Graha Pratama naik dari 83% menjadi 84,6% saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia