Olivier Janssens, Miliarder Kripto yang Picu Isu Negara di Dalam Negara



KONTAN.CO.ID - Seorang miliarder kripto bernama Olivier Janssens ingin membangun apa yang ia sebut sebagai “surga di bumi” di Pulau Nevis, Karibia. 

Lewat proyek bernilai miliaran dolar, ia ingin membangun kawasan eksklusif di Pulau Nevis, lengkap dengan mekanisme pengadilan sendiri. Gagasan tersebut membuat warga lokal takut akan lahirnya negara di dalam negara.

Melalui proyek bernama Destiny, Janssens membeli lahan luas di pesisir selatan Nevis. Proyek bernilai miliaran dolar ini mencakup vila mewah, kawasan hunian bertingkat, hingga fasilitas medis. Langkah itu didukung undang-undang baru pemerintah St Kitts dan Nevis.


Mengutip Daily Mail, aturan itu memungkinkan pembentukan Special Sustainability Zones, kawasan khusus yang memberi kewenangan luas kepada pengembang, termasuk dalam urusan penyelesaian sengketa.

Baca Juga: CEO Microsoft AI, Mustafa Suleyman, Beberkan Perbedaan Filosofi Microsoft dan Meta

Siapa Olivier Janssens?

Olivier Janssens adalah seorang pengusaha dan visioner dengan latar belakang kuat di bidang teknologi informasi dan manajemen.

Karier bisnisnya dimulai dari Belgia, ketika ia mendirikan sebuah perusahaan telekomunikasi yang kemudian berhasil dijual.

Janssens dikenal sebagai salah satu investor awal Bitcoin, karena terlibat sejak 2010. Dirinya juga menjadi bagian dari Ethereum sejak masa awal kelahirannya.

Selain aset digital, portofolio investasinya juga mencakup perusahaan teknologi kelas dunia seperti X, SpaceX, dan Tesla. 

Janssens telah menjadi warga negara St. Kitts & Nevis selama hampir satu dekade, sebuah status yang memperkuat keterlibatannya dalam berbagai proyek dan investasi di kawasan Karibia.

Baca Juga: Low Tuck Kwong, Raja Batu Bara yang Jadi Pahlawan Filantropi Forbes Asia

Mimpi Seorang Miliarder Kripto

Destiny mencerminkan tren baru di kalangan elite teknologi dan kripto, yaitu membangun komunitas semi-otonom berbasis prinsip libertarian, yang kerap disebut network state. Konsep ini menekankan kebebasan maksimal dan minim campur tangan negara.

Bagi Janssens, Nevis hanyalah “host nation”. Ia mengaku tidak mempercayai politisi dan ingin komunitas yang bisa dibiarkan mengurus dirinya sendiri.

Janssens menolak tudingan bahwa Destiny akan menjadi negara bayangan. Ia bersikeras proyek ini tetap berada di bawah yurisdiksi pemerintah dan terbuka bagi warga Nevis.

Dalam forum publik, Janssens secara terbuka menyebut sistem hukum Nevis tidak efisien dan mengusulkan pengadilan internal untuk urusan tertentu.

“Jika kita hanya meniru sistem yang ada, itu tidak menarik,” kata Janssens. Bagi dia, efisiensi adalah segalanya. Bagi warga lokal, pernyataan itu justru terdengar mengancam.

Olivier Janssens, pemegang paspor Belgia dan Nevis melalui skema investasi, bahkan mengaku siap melepas kewarganegaraan Belgia.

Baca Juga: Profil Igor & Dmitri Bukhman: Miliarder Game Online dari Israel

Penolakan Warga Setempat

Nevis hanya memiliki 13.200 penduduk dan luas 93 kilometer persegi, dengan ekonomi yang bergantung pada pariwisata dan real estat.

Masuknya proyek Destiny bisa menjadi berkah ekonomi. Di sisi lain, warga Nevis dan politisi oposisi menyuarakan kecemasan. 

Warga khawatir soal pasokan air dan listrik, penggusuran lahan, hingga kemungkinan komunitas elit yang terpisah secara sosial dan fisik dari masyarakat lokal. Bahkan, muncul lagu protes dari warga yang menentang proyek Destiny.

Kelvin Daly dari Partai Reformasi Nevis menyebut undang-undang zona khusus ini disahkan tanpa konsultasi publik, memperparah rasa tidak percaya masyarakat.

Sebagian warga memang merasa lebih tenang setelah dialog publik. Namun kontroversi belum mereda, terutama setelah terungkap bahwa agen properti proyek ini adalah istri Perdana Menteri Nevis, sehingga memicu dugaan konflik kepentingan.

Pemerintah menyebut Destiny sebagai proyek multimiliaran dolar, dengan janji investasi US$50 juta untuk infrastruktur Nevis. Janssens juga menegaskan proyeknya harus memakai 70% energi terbarukan.

Baca Juga: Profil Dhanin Chearavanont: Penjual Pakan Ternak, Orang Terkaya di Thailand

Selanjutnya: Jasindo Syariah Beberkan Peluang dan Tantangan yang Bisa Pengaruhi Kinerja pada 2026

Menarik Dibaca: Infinix XPad Mengusung Kapasitas Baterai 7000 mAh buat Game, Cuma Rp 1 Jutaan Saja

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News