JAKARTA. Bisnis kimia ternyata menjadi bisnis yang menggiurkan bagi perusahaan asing. Baru-baru ini, Omya AG, perusahaan industri kimia asal Swiss sukses menjalin kerjasama dengan PT United Chemicals Inter Aneka (UCIA), perusahaan distribusi produk kimia asal Indonesia.Omya AG dalam situs resminya menyatakan, proses kerjasama yang sudah diteken bulan Desember 2011 tersebut bertujuan untuk memanfaatkan pasar kimia di Indonesia dan juga di Asia. "Kami berkomitmen membangung jaringan distribusi," kata Petrus Bigler, Manager Umum Distribusi Global Omya AG yang dikutip KONTAN dari situsnya hari ini (11/1).Sayangnya, Omya AG tidak merinci berapa nilai kerjasama tersebut. Peter Pier, CEO Omya Asia Pasifik, hanya bilang, kerjasama dengan UCIA dilakukan karena perusahaan asal Indonesia itu memiliki kinerja bisnis yang cepat di sektor kimia. "Kami senang mengumumkan kerjasama antara Omya dengan Inter Aneka Lestari Kimia," kata Pier. Sementara itu, Herman Moeliana selaku pemegang saham UCIA belum memberikan tanggapan atas kerjasama tersebut. Saat dihubungi KONTAN lewat sambungan telpon, Herman belum mau memberikan tanggapan, begitu juga dengan surat elektronik yang dikirimkan tak kunjung berbalas. Asal tahu saja, UCIA memulai bisnis kimia sejak tahun 1983. Perusahaan ini fokus menjadi distributor khusus bahan kimia seperti bahan kimia untuk industri cat, dan coating, tekstil, makanan, kosmetik, dan bahan kimia untuk pengolahan karet dan banyak lagi.Di Indonesia, UCIA sudah memiliki jaringan bisnis dengan 100 pabrik bahan kimia dan memiliki 3.000 agen pemasaran yang setia menawarkan produknya ke 5.000 pelanggan.Sementara itu, Omya AG merupakan distributor kimia dan produsen kimia asal Swiss yang memiliki produk bahan kimia untuk makanan, nutraceuticals, perawatan pribadi, kertas, plastik, cat , pelapis, perekat, industri konstruksi serta pertanian dan lingkungan. Omya AG yang sudah berdiri sejak 1884 itu memiliki jaringan bisnis lebihd ari 100 lokasi di 50 negara dengan 7.000 orang tenaga kerja.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Omya AG asal Swiss garap bisnis kimia di Indonesia
JAKARTA. Bisnis kimia ternyata menjadi bisnis yang menggiurkan bagi perusahaan asing. Baru-baru ini, Omya AG, perusahaan industri kimia asal Swiss sukses menjalin kerjasama dengan PT United Chemicals Inter Aneka (UCIA), perusahaan distribusi produk kimia asal Indonesia.Omya AG dalam situs resminya menyatakan, proses kerjasama yang sudah diteken bulan Desember 2011 tersebut bertujuan untuk memanfaatkan pasar kimia di Indonesia dan juga di Asia. "Kami berkomitmen membangung jaringan distribusi," kata Petrus Bigler, Manager Umum Distribusi Global Omya AG yang dikutip KONTAN dari situsnya hari ini (11/1).Sayangnya, Omya AG tidak merinci berapa nilai kerjasama tersebut. Peter Pier, CEO Omya Asia Pasifik, hanya bilang, kerjasama dengan UCIA dilakukan karena perusahaan asal Indonesia itu memiliki kinerja bisnis yang cepat di sektor kimia. "Kami senang mengumumkan kerjasama antara Omya dengan Inter Aneka Lestari Kimia," kata Pier. Sementara itu, Herman Moeliana selaku pemegang saham UCIA belum memberikan tanggapan atas kerjasama tersebut. Saat dihubungi KONTAN lewat sambungan telpon, Herman belum mau memberikan tanggapan, begitu juga dengan surat elektronik yang dikirimkan tak kunjung berbalas. Asal tahu saja, UCIA memulai bisnis kimia sejak tahun 1983. Perusahaan ini fokus menjadi distributor khusus bahan kimia seperti bahan kimia untuk industri cat, dan coating, tekstil, makanan, kosmetik, dan bahan kimia untuk pengolahan karet dan banyak lagi.Di Indonesia, UCIA sudah memiliki jaringan bisnis dengan 100 pabrik bahan kimia dan memiliki 3.000 agen pemasaran yang setia menawarkan produknya ke 5.000 pelanggan.Sementara itu, Omya AG merupakan distributor kimia dan produsen kimia asal Swiss yang memiliki produk bahan kimia untuk makanan, nutraceuticals, perawatan pribadi, kertas, plastik, cat , pelapis, perekat, industri konstruksi serta pertanian dan lingkungan. Omya AG yang sudah berdiri sejak 1884 itu memiliki jaringan bisnis lebihd ari 100 lokasi di 50 negara dengan 7.000 orang tenaga kerja.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News