JAKARTA. Momentum puasa dan Lebaran menjadi berkah bagi industri makanan dan minuman. Pasalnya, saat puasa dan lebaran, omzet penjualan industri makanan dan minuman bisa meningkat hingga 30% ketimbang bulan biasa. Namun, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi membuat industri terpaksa merelakan margin keuntungannya berkurang. Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi Lukman menuturkan, saat puasa dan Lebaran, permintaan produk makanan dan minuman secara historis meningkat sekitar 30% ketimbang bulan biasa. "Kemungkinan omzet saat Ramadan dan Lebaran tahun ini bisa mencapai Rp 100 triliun-Rp 150 triliun," jelasnya Senin (24/6). Namun, kenaikan harga BBM membuat ongkos produksi meningkat. Di sisi lain, para produsen tak bisa serta merta menaikkan harga jual produknya. Pasalnya, para produsen makanan dan minuman telah mengikat kontrak dengan retailer modern sekitar tiga hingga lima bulan ke depan sehingga mereka sulit untuk menaikkan harga jual.
Omzet makanan dan minuman naik 30% saat Lebaran
JAKARTA. Momentum puasa dan Lebaran menjadi berkah bagi industri makanan dan minuman. Pasalnya, saat puasa dan lebaran, omzet penjualan industri makanan dan minuman bisa meningkat hingga 30% ketimbang bulan biasa. Namun, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi membuat industri terpaksa merelakan margin keuntungannya berkurang. Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi Lukman menuturkan, saat puasa dan Lebaran, permintaan produk makanan dan minuman secara historis meningkat sekitar 30% ketimbang bulan biasa. "Kemungkinan omzet saat Ramadan dan Lebaran tahun ini bisa mencapai Rp 100 triliun-Rp 150 triliun," jelasnya Senin (24/6). Namun, kenaikan harga BBM membuat ongkos produksi meningkat. Di sisi lain, para produsen tak bisa serta merta menaikkan harga jual produknya. Pasalnya, para produsen makanan dan minuman telah mengikat kontrak dengan retailer modern sekitar tiga hingga lima bulan ke depan sehingga mereka sulit untuk menaikkan harga jual.