Omzet Melimpah Berkat Internet INSANAK Desa Sejiram



"Banyak yang mempercayai, internet membuka peluang bisnis baru. Warga Desa Sejiram pun telah membuktikan, lapangan kerja mampu tercipta setelah internet hadir. Bisnis jeruk milik penduduk berkembang semakin pesat berkat keberadaan jaringan internet di Desa Sejiram."

SELASA siang, 7 Februari 2023, seusai pulang sekolah, anak-anak berkumpul di Gelanggang Olahraga (GOR) Bulutangkis Desa Sejiram. Satu dari 15 GOR bulutangkis yang ada di Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Kalbar) ini dipergunakan untuk latihan badminton setiap sore. Tapi saat siang, gedung seluas sekitar 500 meter persegi ini kosong, hingga menjadi ajang anak-anak bermain gim online.

Mabar alias main bareng, begitu kata anak milenial menyebutnya. Bermodal smartphone dan uang Rp 2.000, anak-anak yang duduk di bangku SD dan SMP itu bisa akses internet INSANAK selama tiga jam.


Bisnis voucer internet adalah salah satu yang dampak langsung dari program INSANAK dari BUMNDesa Maju Bersama di desa itu. Santi, pemilik warung sayur dan jajanan anak-anak, ikut berjualan voucer internet sejak program INSANAK mulai.

Voucer internet INSANAK terdiri dari tiga pilihan, yakni 3 jam dengan harga Rp 2.000. Kemudian voucer INSANAK Rp 5.000 untuk akses internet selama 12 jam dan Rp 50.000 untuk sebulan.

"Yang paling laris voucer 3 jam, sehari bisa laku 10-30 voucer," ungkap ibu muda berkerudung ini dengan ramah.

Baca Juga: Skripsi Bikin Desa Sejiram Jadi Mandiri

Skema bisnis ini sangat mudah, tidak perlu pendaftaran. Pedagang hanya perlu belanja voucer ke Desa Mart yang dikelola BUMNDesa Maju Bersama. Selanjutnya, pedagang akan mendapatkan satu buah smartphone untuk transaksi voucer internet. Dari hasil setiap penjualan voucer, pedagang mendapat untung 20%.

BUMDesa Maju Bersama mencatat sudah ada sekitar 800 mitra pedagang voucer. Khusus untuk voucer 3 jam, setiap hari mampu terjual lebih dari 1.100 voucher. "Banyak pedagang yang antusias berjualan voucer internet, karena bisnis ini tanpa risiko tapi keuntungannya 20%. Tahun lalu, jumlah mitra pedagang voucer baru 750 orang," ungkap Bambang Iswanto, Kepala Divisi Internet BUMDesa Maju Bersama.

Lapangan kerja baru

INSANAK juga mampu menciptakan lapangan kerja di Desa Sejiram. Dengan INSANAK, BUMDesa Maju Bersama mampu memberi gaji tetap untuk enam karyawan. Kemudian, 16 orang pekerja tak tetap yang semuanya dari pemuda-pemudi di desa yang awalnya bernama Makrampai A. "Pegawai tidak tetap bekerja untuk maintenance jaringan, penyambungan untuk pelanggan baru," jelas Ibnu Azis, Direktur BUMDesa Maju Bersama.

BUMDesa Maju Bersama pun mampu ekspansi ke lini bisnis baru sejak INSANAK. Awalnya, bisnis BUMDesa Maju Bersama hanya memiliki unit kerja pertanian yang bergerak dibidang jual beli sarana produksi pertanian. Kini unit kerja BUMDesa Maju Bersama meliputi internet, Desa Mart, gedung olahraga, sablon digital, dan jasa mobil pick up. Semua unit kerja tersebut berhasil memberikan pendapatan secara rutin.

Ke depan, BUMDesa menyiapkan unit kerja baru, yakni digital. Unit kerja ini akan bergerak di bisnis software development dan multimedia. Sofware development menyediakan jasa pembuatan aplikasi dan website untuk perorangan maupun instansi. Sektor multimedia akan melayani jasa pembuatan video, animasi, grafis, dan pemetaan, termasuk pelatihan. "Kami sudah ada kesepakatan dengan pemdes dan BUMDesa lain yang ingin dibuatkan website seperti milik Desasejiram.id," terang Bambang.

Di luar BUMDesa, masyarakat juga merasakan besarnya manfaat kehadiran internet. Haryanto Arbi, pedagang bibit jeruk bak mendapat durian runtuh setelah adanya INSANAK. Sebelum ada internet, petani jeruk yang akrab dipanggil Anto ini harus berkeliling dari desa ke desa di Kabupaten Sambas untuk menjajakan bibit jeruk.

Kini, dengan adanya internet, ia memanfaatkan sosial media yaitu Facebook untuk menjual bibit jeruk. Hasilnya, Anto mengaku memiliki pelanggan dari berbagai kota di Kalimantan, Sulawesi, Jawa dll. "Rata-rata (pengiriman) hampir 1.000 bibit per hari, hari ini sudah kirim bibit ke Ketapang, Kalimantan Barat," ujar Anto.

Anto menanam segala jenis jeruk, mulai dari jeruk bali, jeruk siam, madu susu, madu Thailand, hingga jeruk nipis. Harga masing-masing jeruk pun berbeda, mulai yang termurah Rp 8.000 hingga yang paling mahal Rp 25.000.

Hasil penjualan secara online berbuah manis. Anto dapat mengantongi omzet hingga Rp 10 juta per bulan, dengan pendapatan bersih bisa mencapai Rp 8 juta. Anto juga memiliki dua karyawan freelance yang membantunya dalam berjualan.

Sejak jualan onlineitu pula, Anto mampu mengepakkan sayap bisnisnya. Ia berhasil memperluas lahan kebunnya hingga 1 hektare. Dari kebun itu, Ia juga menjadi petani buah jeruk dengan omzet ratusan juta per tahun.

Langkah Anto berjualan online juga dimanfaatkan penjual bibit jeruk lain. Kini semua penjual bibit jeruk dan buah jeruk memanfaatkan jaringan online untuk memperluas bisnisnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto