Omzet pedagang bakso Jawa Tengah melorot 35%



SEMARANG. Omzet penjualan pedagang bakso di Jawa Tengah belakangan ini anjlok hingga 35%. Permintaan panganan bakso turun lantaran diterpa isu penggunaan daging celeng, formalin, dan boraks. 

"Selain itu, masalah berat lain yang melanda pedagang bakso yakni harga daging sapi yang terus melambung. Kini harganya menyentuh Rp 100.000 per kilogram," kata Ketua Asosiasi Pedagang Mi dan Bakso (Apmiso) Jawa Tengah, Lasiman. di Semarang, Jumat (8/5).

Ia mengaku, tidak mudah menampik isu negatif penggunaan daging celeng untuk bola bakso serta pencampuran boraks dan formalin dalam mi karena memang ada beberapa pedagang nakal yang menggunakan makanan haram dan berbahaya tersebut.


Akan tetapi, Lasiman menegaskan bahwa mayoritas pedagang mi dan bakso melakukan bisnis dengan cara halal dan benar karena mereka tidak ingin usahanya gulung tikar gara-gara penggunaan daging celeng, misalnya.

Ia mengakui harga daging sapi memang terus melambung, bahkan untuk daging mutu sedang saja harganya hampir menyentuh Rp 100.000/kg.

Padahal, katanya, pedagang bakso tidak bisa begitu saja menaikkan harga jual karena daya beli sebagian besar masyarakat pada saat ini juga belum terlalu kuat.

"Kalau harga daging Rp 100.000 per kilogram, bila jual bakso semangkok Rp 10.000 - Rp 12.000 maka pedagang tidak mendapat apa-apa, bahkan rugi. Memang ada yang jual Rp 15.000 per mangkok, tapi itu hanya terjangkau kelas menengah," katanya ketika berkunjung ke Kantor Berita Antara Biro Jawa Tengah.

Oleh karena itu, katanya, Apmiso menyambut gembira munculnya produk tepung daging yang bisa mengurangi biaya produksi tanpa mengikis mutu dan rasa bola bakso.

Ia menyatakan dengan mencampur satu kilogram daging sapi dan 1/4 kg tepung daging yang terbuat dari kulit dan tulang sapi serta rumput laut maka itu setara dengan penggunaan 1,5 kg daging sapi untuk bola bakso.

"Harga 1/4 kilogram tepung daging hanya Rp 9 ribu. Ini akan menjadi solusi bagi banyak pedagang bakso," katanya. (Achmad Zaenal M)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia