Omzet puluhan juta dari makanan olahan tempe



Tempe sudah menjadi makanan pokok orang Indonesia. Makanan yang terbuat dari kacang kedelai ini disukai semua kalangan, mulai dari anak sampai orang dewasa.

Sebagai makanan favorit orang Indonesia, makanan olahan tempe kini semakin banyak ditemukan di pasar. Menu tempe pun tidak disajikan secara biasa, seperti dipotong lalu digoreng. Di Bantul, Yogyakarta, seorang pengusaha kuliner bernama Sumarni sukses mengenalkan tempe dalam pelbagai bentuk makanan olahan.

Diantaranya ada tempe mendoan, nugget tempe, sate tempe, eggroll, dan brownies tempe. Menurut Marni, produk yang banyak dicari konsumen adalah nugget tempe. "Anak-anak suka sekali," ujarnya.


Selain tempe, Marni juga mampu membuat belasan jenis makanan dari olahan ikan lele. Ke depan, ia tidak mau berhenti berkreasi dan akan terus menciptakan resep olahan makanan baru.

Mengusung bendera usaha KWT Rahayu, ia mulai menggeluti usaha makanan olahan tempe dan lele ini sejak tahun 2009 lalu. "Di lokasi saya ini produksi tempe banyak sekali. Supaya menarik, kemudian saya olah agar bervariasi dan orang tidak jenuh," ujar wanita yang akrab disapa Marni ini.

Kebetulan, ia sendiri memang hobi memasak sejak kecil. Saat ini, ia bisa menghasilkan tidak kurang 23 jenis penganan olahan berbahan dasar tempe. Dengan diolah, nilai jual tempe ini pun semakin tinggi. Selain itu, konsumen juga tidak bosan mengudap tempe karena pilihan menunya semakin banyak.  

Harga makanan olahan tempe buatan Marni bervariasi. Untuk 10 buah nugget tempe, misalnya, dibanderol Rp 5.000. Sementara brownies tempe mulai Rp 12.000 hingga Rp 24.000 per dus.

Dari usaha ini, Marni bisa meraup omzet hingga Rp 50 juta per bulan. Ia mengaku, setiap bulan bisa menerima ribuan pesanan dari konsumen untuk pelbagai keperluan acara.

Kebetulan, makanan olahan tempenya bisa disajikan secara fleksibel. Bahkan, bisa juga dijadikan sebagai buah tangan alias oleh-oleh khas Bantul. Konsumennya sendiri tidak hanya datang dari wilayah  Bantul dan Yogyakarta. Tapi juga dari Jakarta, Sumatera dan Sulawesi. Banyak konsumen mengenal produknya bukan dari iklan, melainkan dari  mulut ke mulut.

Selain itu, banyak juga yang mengenal produknya dari pelbagai ajang penghargaan yang pernah diterimanya. Pada 2011, misalnya, ia pernah menyabet Juara I Bidang Industri Makanan, Minuman dan Bahan Pangan dari Citigroup Microenterpreneurship Award (CMA).

Ia juga pernah Juara I Lomba Olahan Pangan Pengembangan Usaha UPFMA, GAPOKTAN, Kecamatan Sewon 2010. Terakhir, ia meraih Juara Umum II Lomba Masak Ikan Provinsi DIY 2012.

Bisnis olahan tempe juga digeluti Muhamad Badrul Tamim di Geger Kalong Tengah. Bandung. Mengusung bendera usaha Waoreng Sozzis, ia memproduksi sosis tempe sejak 2010.

Selain sosis tempe, ia juga memproduksi sosis dari bahan sayur-mayur, seperti brokoli, wortel, dan jagung. "Alhamdulillah permintaan terus meningkat," ujarnya.

Dalam sehari, ia bisa menjual lima sampai 10 pack sosis. Setiap pack isi enam sosis dihargai Rp 25.000. Namun, karena alasan tertentu produksi sosis tempenya sekarang distop sementara waktu. "Dalam waktu dekat kami produksi lagi," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri